Jember (ANTARA) - Raut wajah gembira terlihat jelas saat Hasanah (53), warga Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji, mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) karena ada harapan untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang lebih tinggi.
Sebagian besar warga desa di Kabupaten Jember, Jawa Timur, itu menyekolahkan anak perempuannya hanya tamatan sekolah dasar (SD) atau maksimal sekolah menengah pertama, namun tidak bagi Hasanah yang ingin menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, meskipun penghasilan sehari-harinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan, sebenarnya telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, akan tetapi pada kenyataannya untuk mengenyam pendidikan adalah sesuatu yang mahal bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, sehingga mereka harus mengubur impian yang dimiliki dalam-dalam untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal yang sama dirasakan Hasanah yang hanya sebagai buruh cuci baju dan suaminya bekerja kuli bangunan dengan penghasilan yang tidak seberapa, sehingga merasa ragu untuk menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, karena terbayang biaya yang cukup mahal yang harus dikeluarkan.
Dengan mendapatkan bantuan pemerintah melalui PKH, ibu dua anak itu tersenyum lega dan berharap bisa memberikan pendidikan yang lebih layak untuk anak-anaknya kelak, karena, menurutnya, pendidikan sangat penting untuk bekal anaknya mendapatkan pekerjaan yang bisa meningkatkan taraf hidup keluarga nanti.
PKH merupakan program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin dan rentan, dengan memberikan bantuan uang tunai kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia sekolah dari SD hingga SMA, sehingga tanpa komponen tersebut, masyarakat tidak bisa mendapatkan bantuan PKH.
Warga Desa Gugut itu sangat merasakan manfaat PKH yang diterima sejak tahun 2018 karena anaknya yang kini duduk di bangku SMP sambli mondok di Pesantren Mambaul Ulum bertekad ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.
Mendapat dukungan biaya pendidikan dari pemerintah melalui PKH, anak-anak Hasanah semakin termotivasi lebih semangat belajar dan berharap bisa mewujudkan harapannya untuk bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk meningkatkan ekonomi keluarganya, kelak.
Hal senada juga disampaikan keluarga penerima manfaat lainnya, Inayatul Hidayah yang juga warga Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh jahit dan suaminya yang bekerja di sebuah toko sepeda di pasar tradisional.
Ibu dua anak itu merasa sangat terbantu dengan mendapatkan bantuan PKH, sehingga tidak kebingungan untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang tergolong mahal bagi keluarganya.
Bantuan sebesar Rp1,5 juta per tahun yang diterima setiap tiga bulan, yakni sebesar Rp375.000 digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah anaknya, seperti seragam, tas, sepatu, dan buku-buku pelajaran, sehingga tidak mengganggu keuangan ekonomi rumah tangganya yang terbilang pas-pasan itu.
Inayatul bersyukur mendapatkan bantuan PKH tersebut karena memotivasi anaknya yang kini duduk di bangku SMP ingin tetap bersekolah hingga di bangku kuliah.
"Bantuan PKH sangat membantu kami dari keluarga kurang mampu, sehingga memberikan secercah harapan bagi anak-anak kami bisa tetap melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi demi menggapai cita-citanya," katanya, ketikal berbincang dengan ANTARA.
Bantuan PKH yang diberikan kepada keluarga yang memiliki anak usia SD/sederajat sebesar Rp225.000 per tahap atau Rp900.000 per tahun, kemudian anak SMP/sederajat sebesar Rp375.000 per tahap atau Rp1.500.000 per tahun dan anak SMA/sederajat sebesar Rp500.000 per tahap atau Rp2.000.000 per tahun.
Graduasi dan kemandirian
Koordinator PKH Kabupaten Jember wilayah barat Hariyono mengatakan banyak KPM yang sangat merasakan manfaat dari PKH, sehingga keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan perlahan-lahan bisa bangkit untuk lebih mandiri.
Beberapa keluarga penerima PKH juga didorong untuk melakukan graduasi mandiri, yakni berhasilnya KPM melepaskan diri dari bansos PKH yang diiringi dengan usaha KPM, sesuai kemampuannya, guna meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan cara berwirausaha, berdagang, membuat keterampilan maupun usaha lainnya yang menghasilkan.
Seperti salah satu KPM di Desa Gugut, Yesi Wahyuni yang menerima bantuan PKH sejak 2016, kini sudah memiliki toko kelontong yang menjual bahan pokok dan makanan ringan di rumahnya.
Meskipun pada awalnya bantuan bersifat langsung dan tunai, pemerintah juga mengarahkan penerima PKH untuk dapat mandiri secara ekonomi melalui program-program pemberdayaan, seperti keterampilan kerja dan akses modal usaha.
Yessy mengaku bansos PKH memberikan suntikan semangat bagi keluarganya untuk terus menyekolahkan anaknya dan kini anak keduanya juga sudah mendaftar di perguruan tinggi negeri (PTN), sehingga diharapkan usaha tokonya bisa semakin sukses, termasuk bisa membiayai anak-anaknya hingga di bangku kuliah.
Pendamping PKH Haryono juga berharap semakin banyak KPM di wilayahnya yang graduasi untuk bisa mandiri, sehingga mengurangi angka kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat di Jember.
Sementara Kepala Dinas Sosial Pemkab Jember A. Helmi Luqman mengatakan bahwa jumlah penerima bantuan PKH di Kabupaten Jember tahun 2025 tercatat sebanyak 87.607 KPM yang tersebar di 31 kecamatan di kabupaten setempat.
Jumlah penerima PKH terbanyak berada di Kecamatan Kalisat 5.072 KPM, kemudian disusul Kecamatan Ledokombo sebanyak 4.993 KPM, dan Sukowono sebanyak 4.664 KPM.
PKH merupakan salah satu program bantuan sosial bersyarat yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 dan program itu bertujuan memberikan bantuan kepada keluarga miskin yang terdaftar dalam basis data terpadu pemerintah sebagai KPM, dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh keluarga penerima.
Sasaran utama PKH adalah keluarga miskin dengan kriteria khusus, seperti ibu hamil, anak usia dini, anak usia sekolah, penyandang disabilitas berat, serta lanjut usia (lansia) yang tidak mampu.
Diharapkan dampak PKH terhadap pemenuhan kualitas pendidikan bagi anak-anak keluarga kurang mampu dapat memotivasi serta menimbulkan sikap optimisme terhadap masa depan melalui kesetaraan pendidikan, sehingga dengan kelayakan pendidikan yang didapatkan tentu akan juga memutus mata rantai kemiskinan serta dapat menekan angka anak-anak yang putus sekolah karena kondisi ekonomi yang tidak dapat menjangkau biaya pendidikan.
Dengan demikian program bansos itu mampu menumbuhkan harapan, semangat, motivasi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk memutus mata rantai kemiskinan serta meningkatkan taraf hidup yang layak bagi keluarganya dengan mengenyam pendidikan hingga jenjang yang tinggi, sehingga sebuah asa menuju Indonesia Emas 2045 bisa terwujud.
Program Kemensos ini merupakan wujud hadirnya negara untuk memenuhi kepentingan warganya.