Banyuwangi (ANTARA) - Ribuan umat Hindu di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, menggelar pawai budaya dalam rangka menyambut perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947.
Pawai budaya perayaan Hari Raya Nyepi ini dipusatkan di sekitar RTH Karetan, Kecamatan Purwoharjo, dan menampilkan puluhan ogoh-ogoh beraneka rupa dan ukuran. Patung-patung berukuran besar yang merupakan representasi Bhuta Kala atau sifat-sifat negatif dalam diri manusia dan alam semesta tersebut diarak oleh pemuda Hindu (yowana) dari berbagai Sekaa Teruna Teruni (STT) yang tersebar di Banyuwangi.
"Pawai ogoh-ogoh bukan sekadar atraksi budaya, tetapi juga cerminan kekayaan tradisi dan semangat toleransi yang hidup subur di Banyuwangi. Ini adalah aset berharga yang harus kita jaga bersama," ujar Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono.
Mujiono mengungkapkan, Pemkab Banyuwangi terus mendukung kegiatan keagamaan dan kebudayaan seluruh masyarakat sebagai bagian dari upaya merawat kebhinnekaan dan memperkuat persatuan.
"Meskipun bersamaan dengan bulan puasa, pawai ini tetap berjalan. Ini menunjukkan bahwa toleransi antarumat di Banyuwangi berjalan dengan baik, saling menghormati sesama," tuturnya.aku
Sementara itu, Ketua PHDI Banyuwangi Sardiyanto mengatakan pawai budaya Hindu diikuti sekitar tiga ribu umat Hindu yang tersebar di Kecamatan Purwoharjo dan Bangorejo, serta umat Hindu dari Kampung Bali, Patoman.
"Ogoh-ogoh ini simbol Bhuta Kala atau energi negatif yang perlu dinetralisir sebelum kami memasuki kesucian Hari Raya Nyepi dengan Catur Brata Penyepian. Setelah diarak, ogoh-ogoh ini akan dilebur atau dibakar sebagai simbol pembersihan diri dan alam semesta," katanya.
Kreasi ogoh-ogoh yang ditampilkan mulai dari bentuk raksasa menyeramkan hingga figur-figur mitologis lainnya. Iringan gamelan Bali menambah semarak suasana pawai.