Surabaya- Tidaklah berlebihan jika Kota Surabaya ingin melaju sebagai "city of tomorrow" (kota masa depan) dari aspek lingkungan. Hal ini tidak lepas dari upaya Pemerintah Kota Surabaya mengoptimalkan ruang terbuka hijau (RTH) dengan menyulap lahan-lahan kosong di tengah kota menjadi taman kota dan hutan kota. Atas kerja kerasnya tersebut, hampir setiap tahun Pemkot Surabaya meraih penghargaan Piala Adipura atau kebersihan lingkungan tingkat nasional. Bahkan Adipura Kencana 2012 merupakan yang keenam kalinya didapat Surabaya. Meski demikian berdasar catatan banyak kalangan, kerja keras Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya menghijaukan Surabaya bersama Perusahaan Realestat Indonesia (REI) dan yang lain masih menyentuh angka 12 persen. Sesungguhnya pencapaian ini masih jauh dari kondisi ideal sebab melihat luas wilayah Surabaya 32.636.768 hektare selayaknya kota ini memiliki ruang terbuka hijau 20 persen dari luas wilayah sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). Kepala DKP Surabaya Hidayat Syah mengatakan pihaknya sudah berusaha keras untuk untuk mengoptimalkan RTH di Surabaya. Bahkan persentase ideal yang diharapkan bakal tercapai dalam periode selanjutnya. Bahkan tahun ini, lanjut dia, hasil kerja keras Pemkot Surabaya menuai hasil dengan menerima penghargaaan Adipura Kencana. Piala Adipura Kencana ini merupakan yang paling tinggi dari piala Adipura. "Kalau Adipura itu kan ada tingkatannya, mulai 1-50. Kalau Adipura Kencana merupakan di atas ranking 1 piala Adipura," katanya. Piala Adipura Kencana ini sendiri merupakan yang keenam yang diterima Kota Surabaya. Piala Adipura Kencana sebelumnya sudah pernah disabet Kota Pahlawan ini tahun 1992, 1993, 1995, 1996 dan 1997. Namun untuk puala Adipura sendiri, Kota Surabaya sudah berkali-kali mendapatkannya. Bahkan tahun ini merupakan yang ketujuh secara beruntun. Artinya, sejak tahun 2006 silam, piala Adipura sudah menjadi tradisi. Bahkan sebelum itu, Surabaya juga sudah menyabet piala Adipura itu di tahun 1988, 1989, 1990, 1991 dan 1994. Pemberian piala Adipura ini sendiri sempat terhenti pada tahun 1998 - 2001 dan baru dimulai lagi tahun 2002. Menurut Hidayat, setidaknya apa yang dicapai sekarang sudah mampu mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau selayaknya. Fungsi sebagai filter udara, daerah tangkapan air mengurangi kadar zat pencemar udara, dan menambah kenyamanan kota sudah bisa di rasakan. Termasuk fungsi untuk mengurangi efek-efek "dimatological healt" pada pusat-pusat bangunan tinggi dan polusi udara dari kendaraan bermotor yang berakibat pada timbulnya anomali pergerakan zat pencemar udara yang berdampak destruktif baik terhadap fisik bangunan maupun makhluk hidup. Pengembalian fungsi terbuka hijau yang dilakukan oleh DKP, selain memaksimalkan tiap jengkal tanah kosong juga menghiasnya dengan tanaman dengan bunga warna-warni yang tidak saja cantik tapi juga fungsional. Tanaman dan bunga yang menghias jalan-jalan Kota Surabaya dipilih bukan hanya karena bentuknya yang indah. Tapi bunga dan tanaman itu memang memiliki fungsi ganda, indah untuk kecantikan kota sekaligus mereduksi pencemaran udara untuk kesehatan warga kota. Hal sama juga diungkapkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ia mengatakan hanya ada dua kota di Indonesia yang mendapatkan penghargaan Adipura Kencana yakni Surabaya untuk kategori kota metropolitan dan Tulungagung untuk kategori kota kecil. Ia menjelaskan untuk mendapatkan penghargaan itu, proses penilaiannya sangat ketat. Tim penilai melibatkan profesor dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Trisakti, Universitas Hasanudin dan lainnya. Selain itu, masing-masing kota harus mempresentasikan di depan mantan empat menteri Lingkungan Hidup. Risma mengatakan penilaiannya mencakup semua bidang di antaranya ada dampak ekonomi, dampak sosial budaya dan lainnya. "Saya katakan, ini semua karena ada dukungan dari masyarakat, media dan LSM," ungkapnya. Risma menambahkan bahwa keberhasilan Surabaya meraih Adipura berkat kebersihan jalan, kebersihan taman, taman, penghijauan, pedestrian, dan inovasi yang lebih baik daripada. Untuk itu, taman yang dibangun hendaknya bisa bermanfaat bagi masyarakat. "Buat apa taman dibangun kalau tidak bisa dimanfaatkan masyarakat. Taman dibangun supaya warga Surabaya bisa saling bertemu di satu tempat dan berkomunikasi satu sama lain," imbuhnya. Risma mengatakan bahwa tahun depan masih ada beberapa fasilitas umum yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kinerja. "Saya ingin membawa nama Indonesia melalui Surabaya ke dunia Internasional. Tapi, itu juga harus disertai partisipasi warga Surabaya supaya hal itu bisa terwujud," inginnya. Saat ditanya, apakah sudah puas dengan penghargaan ini, Risma mengatakan belum puas. "Saya tidak puas, saya ingin Surabaya seperti Singapura," katanya. Arena Rekreasi Tidak hanya untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), taman di Surabaya merupakan arena rekreasi bagi masyarakat. Pengelolaan ini dinilai yang terbaik karena Kota Surabaya berhasil menggandeng pihak swasta untuk turut membangun taman-taman. Caranya dengan memanfaatkan dana "Coorporate Social Responsible" (CSR). "Langkah seperti ini yang di kota/kabupaten lain tidak ada," kata Kepala DKP Surabaya Hidayat. Ia lantas menyebut beberapa taman yang dibangun menggunakan CSR pihak ketiga itu, misalnya taman di Jl. Kombes M Duryat yang merupakan bantuan dari Bank Mandiri. Bahkan bank yang sama juga memberikan mobil tangki penyiram taman. Ada pula bantuan dari Bank Jatim, Pembangkit Jawa Bali (PJB), Intiland dan sebagainya. Selain taman, Pemkot Surabaya juga mengembangkan RTH di kawasan sungai Kalimas. Program revitalisasi kawasan Kalimas dimulai digagas sejak 2007 dan mulai dibangun pada 2010. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Hendro Gunawan mengatakan sasaran pembangunan di sejumlah titik khususnya di kawasan Gentengkali. "Titik kawasan ini berupa ruang terbuka hijau yang diberi nama taman Ekspresi. Bahkan, saat ini Taman Ekspresi itu sudah selesai dibangun dan bisa dinikmati warga kota," katanya. Selain itu, pemkot juga sudah membangun taman di bantaran sungai Kalimas, yakni arena BMX di titik Ketabangkali di sisi tumur Surabaya Plasa dan Arena Prestasi (belakang Grahadi). Taman Ekspresi yang dibangun di bantaran kalimas, lanjutnya, berada di belakang sekolah Taman Siswa, Gentengkali. Konsepnya taman tersebut cukup bagus karena selain sebagai ajang kreasi warga juga diperuntukan sebagai taman bacaan. Hendro mengatakan pemkot memang memiliki impian untuk mengembangkan konsep "waterfront city" di sekitar Kalimas. Sungai akan menjadi salah satu pusat aktivitas warga. "Jadi, selain untuk merevitalisasi fungsi sungai, upaya tersebut juga diharapkan mampu sebagai lokasi pariwisata baru di kota ini," ujarnya. Menurut dia program revitalisasi Kalimas sudah gencar dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Ada sembilan titik di sepanjang Sungai Kalimas yang akan dikerjakan meliputi Jembatan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Pasar Bunga Kayoon, Permukiman Dinoyo-Darmokali, Jembatan BAT, dan Pintu Air Jagir. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, memang untuk tahun ini tidak ada program pembangunan pengembang wisata Kalimas. Namun, Pemkot tetap komitmen akan mewujudkan wisata Kalimas tersebut. Sementara itu, Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Agus Sudarsono menginginkan ada evaluasi total dari Raperda Rancangan tata Ruang Wilayah (RTRW) yang saat ini masih dibahas di DPRD yakni terkait kawasan di Barat dan Utara Surabaya. Agus menilai pengembangan di wilayah Surabaya Barat dan Utara ada yang tidak masuk dalam RTRW. "Inilah yang membuat kawasan tersebut tidak terkendali. Di sana tidak ada ruang terbuka hijau (RTH). Kalau pengembangan terus dilakukan, masalah kawasan ini akan semakin ruwet. Makanya harus di stop," tegasnya. Untuk itu, Raperda RTRW yang sedang digodok ini harus sinkron dengan RTRW provinsi dan pusat. "Intinya, aturan terkait ruang terbuka hijau, jangan sampai dikurangi. Harus tetap 20 persen lahan hutan dan 10 persen pertanian," ucapnya.(*)
Berita Terkait
Antara Natal, tahun baru, dan kebersamaan di saat sulit
25 Desember 2025 15:14
Dewas ANTARA harap kinerja Biro Jatim terus tumbuh
17 Desember 2025 19:30
ANTARA terima penghargaan peran penyebaran informasi Kumham Imipas
17 Desember 2025 13:59
Konjen RRT-ANTARA Jatim masifkan penyebaran informasi positif dua negara
16 Desember 2025 19:45
DPR nilai pemberitaan ANTARA masih menjadi tolok ukur
16 Desember 2025 19:02
Ketua Fraksi PKS DPRD Jatim: ANTARA miliki karakter yang berbeda
16 Desember 2025 18:16
Ketua Dewas ANTARA: Kantor berita bertanggung jawab tangkal hoaks
16 Desember 2025 18:00
Kadis Kominfo Jatim apresiasi peran ANTARA jaga kualitas informasi
16 Desember 2025 17:02
