Jakarta (ANTARA) - Tanah Belanda, tempat lahirnya filosofi total football di panggung sepak bola, telah mengubah perspektif memainkan si kulit bundar.
Melalui total football, sepak bola tak melulu mengenai upaya mencetak gol, tapi menjadi sebuah seni yang menjunjung tinggi permainan indah yang dibangun lewat kombinasi antar lini.
Total football yang menekankan sepak bola menyerang seakan menjadi pandangan baru bahwa sepak bola begitu "indah" untuk dilihat dengan gaya permainan yang menekan lawan selama 90 menit jalannya pertandingan.
Pandangan ini kerap dibuat keliru akhir-akhir ini, ketika para suporter menuntut untuk setiap tim menerapkan gaya permainan "indah" ala filosofi yang dicetuskan pelatih sepak bola Belanda, Rinus Michels, yang kemudian dipopulerkan oleh legenda Ajax Amsterdam dan Barcelona, Johan Cruyff tersebut.
Kehadiran total football membuat gaya catenaccio, strategi yang memperkuat lini belakang semaksimal mungkin dan mengandalkan serangan balik, menjadi antagonis dan dinilai usang atau ketinggalan jaman di era sepak bola modern.
Terlepas dari gaya permainan, justru terdapat kubu suporter kini mendegradasikan hal yang terpenting dalam siklus sepak bola yakni persoalan menang dan kalah.
Sebagai sebuah permainan tentu yang tercatat dalam sejarah adalah mengenai siapa yang menang dan siapa yang menjadi juara. Bukan mengenai gaya permainan "indah" sepanjang laga.
Syahdan, kondisi ini juga terjadi di timnas Indonesia. Ada kubu yang menuntut untuk menerapkan gaya permainan "indah" lalu juga ada pula kubu yang menuntut secara pragmatis mengenai hasil akhir.
Semua tuntutan tersebut tentu saja sah. Namun kondisi timnas Indonesia sekarang seperti tengah mencari jati diri, entah harus bermain "indah" ala total football atau bermain pragmatis dengan mengorientasikan hasil yakni kemenangan.
Belum terkesima
Tim Garuda baru saja menelan kekalahan pahit dari Australia dengan skor 1-5 pada pertandingan lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung di Sydney Stadium, Sydney, Kamis malam WIB.
Kekalahan ini terasa begitu pahit pasalnya Indonesia kini tengah berjuang di grup C untuk bisa mengamankan satu tiket menuju gelaran Piala Dunia 2026.
Hasil minor tersebut kian membuat berat langkah dari Jay Idzes dan kawan-kawan yang kini bertengger di peringkat keempat dengan torehan enam poin atau selisih 13 poin dari Jepang yang berstatus pemuncak klasemen dan selisih empat poin dari Australia yang berada di peringkat kedua atau peringkat yang masuk zona otomatis lolos ke Piala Dunia 2026.
Kekalahan kali ini juga menjadi daftar panjang hasil minor yang diraih Indonesia kala bersua The Socceroos. Tercatat semenjak 1973, tim Garuda belum sama sekali meraih kemenangan dari total sepuluh pertandingan di semua kompetisi atau meraih hasil dua kali imbang dan delapan kali kalah.
Dengan pelatih anyar Patrick Kluivert yang juga total membawa 13 tim kepelatihan yang mayoritas berasal dari Belanda, Indonesia mulai merasakan gaya permainan Belanda.
Meski baru melatih terhitung mulai Januari lalu, Kluivert sudah menerapkan gaya permainan dominasi penguasaan bola saat menghadapi Australia.
DNA Belanda begitu kental jika dilihat dari gaya bermain Indonesia yang mengandalkan pressing tinggi dan kombinasi antar lini untuk tetap menjaga penguasaan bola.
Tercatat Indonesia melakukan total 60 persen penguasaan bola berbanding 40 persen di pihak Australia.
Catatan ini juga sekaligus menjadi catatan penguasaan bola tertinggi tim Garuda sepanjang total tujuh pertandingan pada persaingan di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia kali ini.
Dari segi peluang gol yang dapat diekspektasikan Australia sebenarnya cuma mencatatkan 2,20 poin sedangkan Indonesia 1,78 poin.
Ini yang membuat sepak bola "indah" yang sudah ditunjukkan tim Garuda belum membuat mayoritas suporter Indonesia terkesima.
Kedatangan Kluivert tentu saja untuk menambal pekerjaan rumah Indonesia yang kurang dalam urusan mencetak gol. Meski pun ini pertandingan perdana, terlihat bahwa Indonesia di tangan pelatih asal Belanda itu juga masih menyia-nyiakan peluang.
Kendala lainnya yakni koordinasi antar lini yang tampak jelas begitu kacau. Tiga gol dari Australia yang dicatat Nishan Velupillay (menit ke-20), Lewis Miller (menit ke-61) dan Jackson Irvine (menit ke-90) menunjukkan betapa buruknya koordinasi di lini pertahanan tim Garuda.
Rapuhnya koordinasi lini belakang juga menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan usai di enam laga sebelumnya tim Garuda mencatatkan sembilan kali kebobolan dalam enam pertandingan.
Gaya permainan bercita rasa Belanda ini pun buyar seketika dengan kekalahan telak atas Australia.
Peluang Garuda
Dengan tersisa tiga pertandingan lagi di grup C, Indonesia tentu saja harus tampil ngotot untuk mengamankan peluang meraih poin sebanyak mungkin demi menjaga asa untuk menuju Piala Dunia 2026.
Laksana sebuah ilusi, permainan "indah" ala total football tapi tidak dibarengi dengan hasil positif di tiga laga tersisa rasanya akan menjadi upaya sia-sia.
Kini sudah saatnya Indonesia untuk bisa mendulang poin meski jika diperlukan bermain pragmatis sekali pun, seperti notabene yang ditunjukkan oleh para pesaing mereka di babak grup C kali ini.
Di tiga laga sisa juga bukan lagi pertarungan mengenai taktik namun juga pertarungan dari segi mental para pemain.
Secara matematis peluang Jay Idzes dan kawan-kawan untuk menemani Jepang langsung lolos ke Piala Dunia 2026 lewat tiket dari putaran ketiga sangat terasa berat.
Tanpa menihilkan peluang tersebut, Indonesia harus bersaing menghadapi Australia (selisih 4 poin) dan Arab Saudi (selisih tiga poin) untuk memperebutkan peringkat kedua yang mendapatkan tiket otomatis lolos.
Saat ini kemungkinan terbesar yang ada di depan mata yakni mengamankan setidaknya peringkat ketiga atau keempat untuk bisa melaju ke putaran keempat yang menyisakan total dua tiket.
Kini dalam kurun waktu sekitar empat hari, Kluivert harus melakukan evaluasi dan membenahi sejumlah kekurangan sebelum menjamu Bahrain pada pertandingan yang berlangsung di Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/3).
Peluang Garuda untuk bisa lolos ke panggung terbesar sepak bola dunia, kini tergantung pada tiga hasil pertandingan tersisa yang terasa sebagai tiga laga final.