Mahasiswa Unair Rintis Bengkel Moral
Rabu, 16 Mei 2012 8:48 WIB
Surabaya - Sebanyak lima mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya merintis sarana pendidikan moral untuk anak-anak yang dinamakan "Bengkel Moral Karang Menjangan" atau "BeMo Karmen".
"Kami tergerak membuat sarana pendidikan itu, karena kami ingin menanamkan moral positif kepada anak-anak, lalu kami mengerjakannya sebagai Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M)," kata salah seorang mahasiswa, Isvan Shona, di Surabaya, Rabu.
Mahasiswi angkatan 2008 itu mengerjakan program itu sejak Maret lalu bersama rekannya yakni Dian Isnawati (2008), Lis Sholikhah (2008), Nurul Akmalah (2008) dan Hilman Luqmanul Hakim (2011).
"Sesuai namanya, lokasi bengkel moral itu berada di salah satu rumah warga di Jl Karang Menjangan II/57-B. Sejak Maret lalu, kami memberikan kelas moral yang dijadwalkan rutin pada setiap Kamis dan Sabtu," katanya.
Menurut ketua kelompok PKM-M itu, ada 12 anak-anak usia TK hingga SD yang terkumpul dalam kelas moral yang berlangsung sejak pukul 15.30 WIB hingga 17.00 WIB.
"Niat membuat bengkel moral itu dilatarbelakangi perilaku sejumlah anak-anak SD yang kurang sopan di lingkungan tinggal kami," katanya.
Oleh karena itu, anak-anak itu di Bengkel Moral akan diajari tentang cara menghargai, berkata dengan sopan, mengucapkan terima kasih, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi sesama dan perilaku positif lain.
"Pelajaran di kelas moral dwi mingguan itu berbeda dengan pelajaran PPKN di sekolah, karena lebih difokuskan pada praktiknya, bukan sekadar teori," katanya.
Ia menjelaskan pengajaran tentang kebaikan-kebaikan tersebut juga disampaikan dengan cara yang menyenangkan yaitu dengan permainan edukatif dan "story telling".
Selain itu, ada program bernama ¿Bemo Lewat¿ yang mengasah aspek afeksi anak dengan cara memberikan stimulus kepada anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya ketika melihat hal yang ditemui saat berkeliling. Aspek psikomotorik terpenuhi saat peserta didik diajak berkeliling.
"Ada salah satu program kami yang bernama Pahlawan Bemo. Melalui program itu anak-anak diminta untuk membuat kerajinan tangan untuk orang-orang yang mereka sayangi," katanya.
Hingga kini, "BeMo Karmen" masih berlangsung di Karang Menjangan. "Kami akan melakukan monitoring dan kerja sama dengan banyak pihak untuk keberlangsungan kegiatan itu, seperti BEM Fakultas Psikologi Unair dan Ketua RT dan RW setempat," katanya.
Ia mengharapkan apa yang dilakukan bersama teman-temannya akan menggugah pihak lain dan relawan lain untuk mengembangkan program bengkel moral itu.
"Anak-anak itu cenderung belajar dari apa yang mereka lihat di sekitar mereka (modelling), karena itu mulai dari keluarga hingga masyarakat sekitar anak harus ikut memberikan contoh yang baik," katanya. (*)