Surabaya - Provinsi Jawa Timur memiliki segalanya sebagai destinasi "MICE" (meeting incentive conference and exhibitions) nasional maupun internasional, namun potensi yang ada belum digarap dan dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku pariwisata serta masyarakat setempat. Hal tersebut mengemuka dalam seminar terkait "Majapahit Travel Fair/MTF" 2012 yang menampilkan pembicara parktisi MICE Wisnu Budi Sulaeman dan Ketua Inacca (Indonesia Congrees & Convention Asociation) Ida Bagus Surakusuma di Surabaya, Jumat petang. Menurut Wisnu, aksesibilitas/infrastruktur darat, laut dan udara, mulai bandara, pelabuhan, penerbangan, jalan tol hingga transportasi darat bertaraf internasiona, fasilitas seperti hotel maupun ruang pertemuan, mal, obyek wisata, seni dan budaya pertunjukan maupun kerajinan khas (cenderamata) di Jatim, khususnya Surabaya tersedia sangat memadai. "Ada tiga pilar utama memajukan bisnis MICE, pemerintah, masyarakat dan industri pelancongan. Pemerintah di Jatim sudah sangat peduli dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan hingga promosi pariwisata, kini tinggal pelaku pariwisata dan masyarakat mampu tidak menangkap peluang ini (bisnis MICE)," ucapnya. Ia menuturkan bahwa potensi Jatim sebagai destinasi MICE nasional maupun internasional sudah memadai, tetapi belum sama sekali digarap, sehingga tidak heran bila bisnis MICE diambil (berkembang) di Jakarta dan Bali, di mana kedua daerah tersebut pebisnis wisata dan masyarakat sudah siap dan mampu mengarap potensi yang ada. Wisnu tidak menyangkal bahwa kelemahan utama di Jatim SDM (sumber daya manusia) yang mengarap bisnis MICE masih terbatas, kalau ada BPW (biro perjalanan wisata) yang bertindak sebagai "PCO" (Professional Congeress Organizer) masih sangat minim. Padahal bisnis MICE harus dikerjakan oleh PCO, bukan sekadar "EO" (Event Organizer). "Kalau EO siapa saja bisa bentuk, modal jutaan Rupiah daftar ke notaris sudah bisa. Tetapi PCO minimal harus punya modal 2 miliar Rupiah dengan tenaga profesional dibidangnya yang memadai serta mempunyai jaringan internasional yang luas," ujar pemilik Puntama Convex Jakarta ini. Sementara IB Surakusuma menuturkan, kegiatan terkait MICE di Tanah Air setiap tahun 300 hingga 400 aktivitas, sedangkan di dunia puluhan ribu. Untuk Indonesia pebisnis pariwisata yang bisa mendapatkan berkah dari bisnis MICE terbesar dari Jakarta dan Bali. "Kenapa hanya Jakarta dan Bali? padahal potensi Jatim dalam bisnis MICE cukup besar. Pemerintahnya sudah perhatian, kini tinggal industri pariwisata dan masyarakat Jatim. Masa MTF sudah yang ke 13 kali diselenggarakan, kok hasilnya gini-gini aja," tukas pria yang karib disapa Lolec ini. Pasar terluas bisnis MICE internasional ialah perusahaan dan asosiasi, sementara secara nasional selain perusahaan dan asosiasi juga pemerintah. Kegiatan MICE mempunyai dampak ekonomi ikutan cukup luas, sehingga Jatim harus memanfaatkan secara optimal bisnis ini. Menurut Lolec, jangan salahkan bila bisnis MICE di Jatim digarap oleh pelaku wisata dari Jakarta dan Bali, karena pelaku industri wisata dan masyarakat Jatim sendiri yang belum siap.(*)
Potensi "MICE" Jatim Belum Digarap Optimal
Jumat, 11 Mei 2012 21:36 WIB
![Potensi](https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2012/05/mice3_11052012213808.jpg)