Jakarta (ANTARA) - Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah karena ekspektasi Federal Reserve (The Fed) masih akan menahan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.
“Potensi penguatan dolar disebabkan oleh karena ekspektasi The Fed masih akan menahan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Sebelumnya, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di level 3,4 persen untuk tahun 2025, yang mengindikasikan adanya pemotongan 100 basis points (bps) atau 1 persen. Adapun pada tahun 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9 persen atau dipangkas 50 bps.
Baca juga: Rabu ini rupiah turun jadi Rp16.177 per dolar AS
Karena faktor tersebut, dolar AS berpotensi menguat kembali sehingga rupiah masih sulit untuk mendekati level nilai tukar Rp16 ribu.
“Hari ini, sepertinya masih akan bergerak berkisar Rp16.100-Rp16.200,” ungkap Rully.
Menurut dia, keterlibatan Indonesia menjadi negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) tak memberikan sentimen terlalu besar terhadap kurs rupiah dalam jangka pendek.
“Kemarin, penguatan rupiah lebih disebabkan oleh pelemahan indeks dolar AS, yang awal tahun ini sempat mencapai 109, kemudian turun mendekati 108,” kata dia.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah 34 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.177 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.143 per dolar AS.