Kota Batu, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Batu, Jawa Timur menyebut prevalensi stunting di wilayah setempat mengalami penurunan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (periode 2022 hingga 2024).
Penjabat Wali Kota Batu Aries Agung Paewai di Kota Batu, Sabtu, mengatakan bahwa berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi stunting di wilayah itu pada 2024 berada di angka 10,13 persen.
"Angka stunting di Kota Batu pada 2022 tercatat 25,2 persen, pada 2023 prevalensi stunting ditargetkan turun menjadi 14 persen dan terealisasi menjadi 12,44 persen, dan di 2024 angka stunting berhasil ditekan menjadi 10,13 persen," kata Aries.
Baca juga: Pemkot Batu ajak masyarakat pilah sampah maksimalkan sarana incinerator
Menurut dia, turunnya angka stunting bukan hanya keberhasilan kinerja Pemkot Batu, tetapi juga berkat pemangku kepentingan dan masyarakat di Kota Batu.
"Kinerja Pemkot Batu bisa berjalan maksimal karena kolaborasi, sehingga bisa memperkuat (upaya) penanganan," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Batu Yuni Astuti mengatakan penanganan permasalahan stunting menjadi salah satu prioritas yang terus digalakkan dari tahun ke tahun.
Lebih lanjut, ia mengatakan pada 2024, pihaknya telah menggencarkan sejumlah program guna mengeliminasi angka kasus tersebut di Kota Batu, seperti melaksanakan pemeriksaan balita stunting oleh dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Daerah Karsa Husada.
"Untuk pemeriksaan ini fokusnya adalah balita kategori di bawah usia dua tahun yang terindikasi mengalami stunting dan kelainan bawaan," kata Yuni.
Dinas Kesehatan setempat memberikan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK), berupa susu formula yang dikhususkan bagi balita stunting berdasarkan resep dari dokter spesialis anak.
Kemudian, melakukan Pemberian Makan Tambahan (PMT) berupa susu formula bagi ibu hamil yang mengalami kondisi kekurangan energi kronis (KEK).
"Kader dari kami mendampingi ibu hamil KEK dan anemia untuk menekan terjadinya kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)," ujar dia.
Dinas Kesehatan melaksanakan kegiatan sosialisasi seputar kesehatan dan gizi dengan menyasar kalangan remaja, calon pengantin, dan wanita usia subur, sekaligus memberikan tablet tambah darah untuk mencegah anemia dan meminimalisasi kelahiran bayi BBLR.
"Pemberian multi vitamin berupa herba asimor bagi ibu hamil trisemester ketiga dan ibu menyusui agar dapat memberikan ASI eksklusif ke bayinya sampai usia enam bulan dan diteruskan hingga usia dua tahun," kata dia.