Balai Besar Bengawan Solo Minta Maaf
Rabu, 25 April 2012 11:03 WIB
Bojonegoro - Balai Besar Bengawan Solo (BBBS) di Solo, Jateng, meminta maaf karena uji coba bendung gerak Bengawan Solo di Bojonegoro, Jatim, tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pemkab setempat sehingga mengganggu suplai air ke masyarakat.
"BBBS Solo sudah meminta maaf kepada pemkab. Pemberitahuan sebelumnya hanya disampaikan kepada Camat Trucuk," kata Staf Ahli Bidang Pembangunan Pemkab Bojonegoro, Tedjo Sukmono, Rabu.
Ia menjelaskan, permintaan maaf tersebut, langsung disampaikan Kepala Bidang Program dan Perencanaan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng, Lilik Retno, kepada Bupati Bojonegoro, Suyoto. Lilik Retno yang memimpin langsung uji coba bendung gerak Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Senin (23/4).
"Pemkab bisa melakukan sosialisasi kepada warga kalau mendapatkan pemberitahuan sebelumnya," katanya menjelaskan.
Dalam uji coba petugas BBBS menutup tujuh pintu bendung gerak. Setelah itu, petugas langsung membuka dua pintu bendung gerak agar bisa mencukupi air di daerah hilirnya. Dari hasil uji coba, petugas tidak menemukan kebocoran di tujuh pintu bendung.
"Air di daerah hilirnya sekarang sudah normal kembali, karena air bisa mengalir melalui dua pintu bendung," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pembangunan bendung gerak tersebut, sudah mencapai 99 persen dan peresmian pengoperasiannya direncanakan pada 30 Mei. "Menteri PU, Djoko Kirmanto diharapkan akan hadir pada peresmian bendung gerak itu," katanya.
Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Agus Bachtiar, menyatakan, BBBS sudah memiliki standar operasional bendung gerak, baik pada musim hujan maupun kemarau.
Standar operasional itu, lanjutnya, mengatur pola penutupan pintu bendung gerak pada kemarau dan pembukaan pintu bendung yang biasanya dilakukan pada musim hujan."Secara teknis sistem standar operasional sudah ada," katanya.
Ia mengatakan, keberadaan bendung gerak itu tidak menggangu kebutuhan air baku di daerah hilir baik untuk areal pertanian, tambak, air minum, juga kebutuhan air untuk berbagai keperluan lainnya.
Bahkan, lanjutnya, di daerah hulu tampungan air di bendung gerak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air irigasi pertanian dengan sistem pompanisasi.
Data teknis bendung gerak memiliki panjang 1.841,752 meter, mampu menampung air sebanyak 13 juta meter kubik dari daerah tangkapan air seluas 12,467 km2. Bendung gerak tersebut mampu mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian lewat pompanisasi dengan debit 5.850 liter/detik di Kabupaten Blora seluas 665 hektare dan 4.949 hektare di Kabupaten Bojonegoro. (*)