Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, program revitalisasi tambak idle Pantai Utara Jawa (Pantura) akan menjadi penopang pertumbuhan industri hilir perikanan di Pulau Jawa.
Trenggono di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, mengatakan bahwa ketersediaan bahan baku ikan menjadi kunci majunya industri hilir perikanan. Salah satunya Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya yang ada di daerah tersebut membutuhkan pasokan 3.600 ton tilapia per tahun.
“Bayangkan satu pabrik kecil di sini butuh 3.600 ton tilapia setiap tahun, tapi tidak bisa dipenuhi. Tentu yang menjadi concern adalah bagaimana sisi hulu betul-betul bisa disiapkan dengan baik,” katanya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menjalankan program revitalisasi tambak mangkrak di wilayah Pantura Jawa seluas 78 ribu hektare secara bertahap.
"Inilah yang kemudian menjadi bagian dari belanja masalah, yang untuk kemudian kita bisa lihat bahwa revitalisasi tambak Pantura seluas 78 ribu hektare itu menjadi sangat dibutuhkan. Kenapa demikian? Kalau itu bisa dilakukan, betul-betul hal-hal seperti yang dialami oleh PT Tilapia ini tidak terjadi," ucap Trenggono.
Pelaksanaan tahap awal dilaksanakan pada 2025 menyasar sekitar 20 ribu hektare tambak idle yang berada di lahan milik pemerintah. Jenis ikan yang dikembangkan adalah nila salin.
Menurut Trenggono, nila salin menjadi pilihan karena memiliki survival rate tinggi, harga jualnya juga tinggi, dapat diolah menjadi beragam produk turunan, serta sudah dilakukan pengembangan budi daya secara modern melalui program modeling di Karawang, Jawa Barat.
“Pasarnya sendiri menurut data, menurut riset, market riset yang kita terima itu sekitar 23 miliar dolar AS," ucap Trenggono.
Pada kunjungan kerjanya di kawasan industri tersebut, Trenggono melihat langsung proses pengolahan ikan milik PT Tilapia Nusantara Jaya. Salah satu produk yang dihasilkan adalah fillet nila beku.
Perusahaan ini sebenarnya mampu mengolah 15 ton ikan setiap hari namun realisasi produksi baru di angka 4 - 5 ton per hari. Hal itu dipengaruhi ketersediaan bahan baku. Selain mengolah ikan nila, perusahaan juga mengolah ikan-ikan pelagis dan demersal.
"Tadi prosesnya bagus sekali, ternyata tilapia itu bisa diproses demikian rupa, lalu kemudian tidak ada satu pun yang tersisa, karena sisanya pun akan punya nilai yang tinggi," tutur Trenggono.
Perusahaan juga siap melakukan ekspor produk olahan perikanan karena sudah memiliki sertifikat jaminan mutu yang dikeluarkan oleh KKP.
Dalam kunjungannya, Menteri Trenggono juga menyerahkan sertifikat HACCP kepada PT Tiapia Nusantara Jaya untuk tiga produk, yaitu Frozen Demersal Fish, Frozen Pelagic Fish, dan Frozen Tilapia.
“Jadi kalau kita mampu produksi yang signifikan, dengan kualitas yang baik, menurut saya selain untuk kepentingan dalam negeri, kita juga bisa ekspor ke luar,” kata Trenggono.