Surabaya (ANTARA) - Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana mengaku dirinya teringat kampung halaman di Rwanda saat mengikuti Shalat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS).
"Suasananya sama dengan di Rwanda, ada penyerahan tongkat kepada khotib yang hendak menyampaikan Khutbah Jumat, lalu Muadzin juga mengingatkan jamaah agar tidak bicara saat khutbah," katanya di Surabaya, Jumat.
Kesan itu disampaikan Dubes pertama Rwanda untuk Indonesia itu kepada Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS setelah usai Shalat Jumat, termasuk Ketua BPP MAS DR KHM Sudjak MAg.
"Suasananya sangat agamis, tarikat Sunni yang ada sama persis di rumah, berbeda dengan Salafi yang kurang nyaman. Jadi, saya merasa enak di sini, apalagi kami di Rwanda itu sangat minoritas," katanya.
Dalam penyambutan yang juga dihadiri Ketua Bidang Riayah BPP MAS DR HM Qoderi, Sekretaris BPP MAS H Helmy M Noor, dan Bendahara MAS H Soedarto itu, Dubes Abdul Karim juga teringat kunjungan pertama ke RI.
"Hubungan (Rwanda) dengan Indonesia sudah terjalin sangat lama, saya pernah ke Indonesia saat zaman Pak Harto. Sebelumnya, perwakilan kami berada di Singapura dan baru dibuka di sini pada Juni 2024," katanya.
Dalam kesempatan itu, Dubes Abdul Karim menceritakan dirinya datang ke Surabaya untuk menengok anaknya yang sedang studi di ITS, namun dirinya pun menyempatkan Shalat Jumat di Masjid Al-Akbar.
"Ya, di sini, saya nyaman, jadi ingat rumah," katanya.