Surabaya (ANTARA) -
"Saya selalu melakukan khusus ketika saya hadapi masalah, saya ritual datang ke umi, ke mertua, datang ke beliau minta doa mencium kaki. Saya berdoa sambil cium kaki orang tua karena ridho orang tua adalah ridho Gusti Allah. ritual ini tidak saya gantikan, ritual ini akan saya ajarkan kepada anak istri saya," katanya usai mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 4, Kelurahan Karah, Surabaya, Rabu.
Ia menjelaskan masih ada program tertunda yang harus diselesaikan sehingga dirinya kembali maju sebagai calon kepala daerah.
Eri mengatakan pada pilkada sebelumnya dirinya bekerja tidak sampai lima tahun karena terpotong pelaksanaan pilkada serentak yang waktunya maju.
"Masih ada beberapa beberapa pekerjaan yang belum selesai, seperti Gunung Sari, Jalan Wiyung. Karena saya tidak ingin pekerjaan setengah-setengah yang berlanjut demi kemaslahatan warga Surabaya," katanya.
Ia mengatakan setiap pilihan adalah bagaimana meyakinkan orang mengenai program kerja yang disampaikan pasangan calon.
"Yang namanya pemilu luber, warga tidak bisa ke satu pasangan calon yang terbaik akan diberikan kepada warga Kota Surabaya, nanti lihat setelah hasil penghitungan masing masing tempat pemungutan suara," katanya.
Pada pencoblosan ini, Eri Cahyadi didampingi istri dan dua anaknya, datang ke TPS mengenakan baju berwarna putih.
Di TPS tersebut, kedatangan calon tunggal Pilkada Kota Surabaya ini disambut kesenian hadrah. Warga sekitar usai mencoblos juga mendapat kesempatan untuk makan bersama yang disiapkan di sebelah TPS.