Surabaya (ANTARA) - Staf dari Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris di Indonesia menanyakan pandangan Pengurus Wilayah (PW) Nahlatul Ulama (NU) Jawa Timur tentang persoalan Israel dan Palestina, saat berkunjung ke Kantor PWNU Jatim di Surabaya, Selasa siang.
Staf Kedubes Inggris yang berkunjung ke Kantor PWNU Jatim adalah Matthew Perrement (Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Kedubes Inggris) dan Erlin Puspitasari (Manajer Regional Jawa Timur di Kedubes Inggris) beserta dua staf Kedubes lainnya.
Mereka diterima jajaran Syuriah dan Tanfidziah PWNU Jatim, yakni KH Abd Matin Djawahir (Wakil Rais Syuriah), KH Husnan Dimyati (Wakil Rais), KH Sholeh Hayat (Wakil Katib), Prof DR H Kacung Marijan PhD (Wakil Ketua Tanfidziah), Prof DR H Maskuri Msi (Wakil Ketua), dan H Yusuf Adnan S.kom MM MB (wakil Bendahara).
Dalam kesempatan itu, Kiai Matin Djawahir menjelaskan karakter khas NU.
"NU itu fokus pada Keislaman, Kebangsaan, dan Kemanusiaan dengan empat karakter yakni tawassuth atau di tengah (tidak ekstrem), tawazun atau seimbang (aqli-naqli), i'tidal (tegak lurus pada kebenaran), dan tasamuh atau toleran (menghargai/hormat pada pluralisme)," katanya.
Oleh karena itu, Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jatim Prof DR H Kacung Marijan PhD menegaskan bahwa pandangan NU terhadap Israel dan Palestina adalah sesuai dengan karakter NU yakni NU mendukung Palestina dan solusi dua negara yakni Palestina dan Israel.
"Solusi yang mempercepat perdamaian itu akan menghentikan perang, mencegah korban lebih banyak, dan menghentikan kerugian ekonomi, karena perang itu sangat mempengaruhi ekonomi dunia, termasuk Indonesia, karena itu NU berharap Inggris bersikap tegas," katanya.
Menanggapi pandangan NU itu, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Kedubes Inggris, Matthew Perrement, menyatakan setuju bahwa perang di manapun itu sangat merugikan semua pihak, karena itu Inggris akan berusaha menghentikan perang.
"Di negara kami sendiri (Inggris) juga banyak orang yang berdemonstrasi mendukung Palestina dan setuju dengan solusi Indonesia untuk dua negara yakni Israel dan Palestina, karena itu kami sudah mulai mengurangi pasokan senjata ke Israel," kata Matthew Perrement.
Selain perang Israel-Palestina, topik pembicaraan dalam kunjungan itu juga membahas tentang potensi kerja sama Indonesia-Inggris, terutama dalam pendidikan dan perkembangan teknologi digital terkait AI (Artificial Intelligence). AI itu ibarat pisau bermata dua yang bisa bermanfaat, tapi juga bisa menjadi ancaman.
"Soal AI sudah pernah dibahas bersama antara kami dengan Indonesia. Kami (Inggris) fokus pada mis-informasi sebagai ancaman AI, apalagi di Indonesia ada pemilu/pilkada. Untuk pendidikan sudah ada rintisan kerja sama kami dengan Bu Khofifah (Pemprov Jatim), yang bisa dikembangkan dengan lembaga pendidikan/pesantren NU yang mandiri," kata Perrement.