Xi'an (ANTARA) - Ketika seorang petani di Desa Xiyang, Distrik Lintong, Kota Xi'an, Provinsi Shaanxi, China, sedang menggali sumur pada Maret 1974, tanpa sengaja menemukan tubuh tembikar yang pecah.
Penduduk desa yang tidak tahu mengapa tembikar yang tampak berpikir tersebut adalah dewa yang muncul sehingga mereka malah sujud minta berkah.
Pada kenyataannya, tembikar itu adalah bagian dari Prajurit Terakota Kaisar Qin Shi Huang. Tak lama setelah itu penggalian oleh para arkeolog dimulai, Prajurit Terakota yang selama 2000 tahun "hidup" di bawah tanah pun akhirnya kembali melihat cahaya Matahari.
Lokasi penemuan berjarak 37,5 kilometer sebelah barat Xi'an, kota yang pernah menjadi ibu kota 13 dinasti besar di China, antara lain, dinasti Qin, Xin, Wei, Zhou, Tang, dan Han.
Saat ini, para Prajurit Terakota "tinggal" di Museum Situs Mausoleum Kaisar Qinshihuang yang dibuka untuk umum pada 1 Oktober 1979.
Per hari, museum maksimal dapat menerima 65 ribu orang pengunjung yang berdesakan untuk melihat secara langsung ribuan patung dari tanah liat berukuran manusia dengan detail yang menakjubkan.
Dalam film "The Mummy: Tomb of The Dragon Emperor" yang merupakan kelanjutan film laris "The Mummy dan The Mummy Returns" dengan mengambil latar cerita kekaisaran China kuno, diceritakan ada ribuan tentara terakota dikuburkan bersama kaisar yang mereka jaga.
Entah karena pengaruh film atau hal lainnya, banyak orang pun berpikir bahwa Prajurit Terakota di Mausoleum Kaisar Qinshihuang memang benar-benar manusia yang dikubur hidup-hidup untuk menjaga kaisarnya.
Padahal, sebenarnya prajurit-prajurit tersebut benar-benar terbuat dari tanah liat dan dengan teknik tertentu dibentuk, lalu mengeras sehingga menyerupai ukuran dan ekspresi manusia.
Namun, memang fungsi pembuatan ribuan Prajurit Terakota adalah untuk menjaga Kaisar Qin Shi Huang alias Ying Zheng (259-207 SM) yang berhasil menyatukan enam kerajaan pada masa itu yaitu Han, Zhao, Wei, Chu, Yan, dan Qi pada 221 SM karena kekuatan militernya yang luar biasa dan menjadi kaisar pertama di China.
Kaisar Qin juga membangun kemajuan besar di bidang politik, ekonomi, budaya, termasuk mengenalkan standar tulisan, standar berat dan ukuran, sistem kanal dan jalan, ilmu metalurgi, serta memulai proyek skala besar, seperti Tembok Besar China.
Proses pembuatan
Pada masa China kuno ada kepercayaan, ketika manusia meninggal dunia, tubuhnya memang dikuburkan di Bumi tapi rohnya pergi ke dunia lain sehingga Kaisar Qin berpikir "kematian itu seperti kehidupan". Ia pun mempersiapkan segala hal untuk kehidupan setelah kematiannya seperti semasa hidup di dunia.
Namun, bila pada masa kaisar-kaisar sebelumnya para bawahan ikut dikuburkan saat sang kaisar mangkat, kebiasaan itu memicu pergolakan sosial sehingga para kaisar kemudian menggunakan bahan-bahan seperti kayu dan tembikar untuk memahat sosok manusia demi menemani kaisar di dunia orang mati.
Masalahnya, ukuran patung-patung sering jauh lebih kecil dari orang sungguhan, sedangkan Kaisar Qin ingin agar ada patung-patung besar menyerupai orang sungguhan.
Akhirnya elite tembikar Zang (臧), ditunjuk untuk mengembangkan produk baru bersama-sama dengan para pengrajin tembikar lain termasuk dari Dali di Shaanxi dan Xia di provinsi tetangga, Shanxi. Bersama-sama, mereka membentuk tim riset yang dapat memproduksi tembikar unggulan bagi sang penguasa.
Setelah melalui berbagai percobaan, Zang memilih tanah dari kaki utara Gunung Lishan di Xi'an dicampur dengan sedikit pasir untuk meningkatkan kekerasan. Bagian bawah patung dibuat lebih dulu baru kemudian bagian atas dan mendetailkan ukiran termasuk model rambut, alis, janggut, mata, asesoris pakaian, hingga sol sepatu Prajurit Terakota.
Patung tanah liat setengah jadi kemudian ditempatkan di tungku dan dibakar dengan suku sekitar 1.000 derajat celcius.
Meski begitu, Zang dan pengrajin lain merasa tidak puas dan merasa ada sesuatu yang hilang. Mereka kemudian menambahkan pernis mentah dari pohon pernis (pohon lacquer) yang banyak tumbuh di China kemudian juga menambah warna merah, biru, hijau, kuning, dan ungu dari berbagai mineral.
Patung-patung tembikar itu menjadi realistis dan "hidup" seperti manusia sungguhan ketika pertama kali orang melihatnya.
Jenis patung
Zang dan pengrajin tembikar lain (diperkirakan sekitar 700 ribu orang) membuat patung tembikar sesuai dengan citra dan karakteristik prajurit dunia nyata dalam waktu hampir 40 tahun, yaitu dimulai sejak 246 SM saat Kaisar Qin masih hidup pada dan selesai pada 210 SM, 4 tahun setelah kaisar meninggal.
Para prajurit terdiri atas jenderal, tentara infanteri biasa, kavaleri, kereta, dan jenis pasukan lainnya karena Kaisar Qin ingin membangun pasukan di alam baka.
Salah satu cara identifikasi pangkat ialah rambut karena gaya rambut menjadi simbol status pada masa China kuno. Perwira tinggi terlihat dari sanggul datar dengan menarik rambut ke belakang dan menggulungnya menjadi kerucut. Sanggul tersebut kemudian dipasang dengan jepitan rambut.
Prajurit militer terakota tingkat rendah memiliki tinggi 189--191 cm tanpa mengenakan baju besi. Bila ada yang mengenakan baju besi tidak ada cat berwarna. Mereka memegang pedang di satu tangan dan tombak di tangan lainnya.
Prajurit militer tingkat menengah memiliki tinggi 191 cm mengenakan mahkota panjang dan memegang pedang atau senjata panjang di satu tangan, sedangkan tangan lain mengepal. Beberapa berdiri di barisan tentara seolah-olah menjadi pemimpin barisan.
Zang kemudian menempatkan Prajurit Terakota sesuai dengan formasi militer. Barisan depan adalah "regu kematian" yang tidak memakai baju besi namun gesit bergerak.
Di bagian sayap terluas adalah pasukan pelopor yang berjaga-jaga terhadap musuh yang datang dari berbagai sudut.
Lapis berikutnya adalah unit garnisun yang gabungan pemanah yang dapat menembak dari kejauhan, pasukan kavaleri yang bisa menyerang dengan cepat, maupun kusir yang bisa mengendalikan kuda-kuda agar bergegas menerobos serangan musuh. Semua saling melengkapi.
Lapisan ketiga terdiri atas para jenderal selaku komandan garnisun yang dijaga oleh prajurit pemegang senjata tembaga maupun pendoa yang melantunkan doa pengorbanan perang. Sementara lapisan lainnya adalah layanan hiburan keluarga kerajaan seperti penghibur opera, akrobatik, maupun unggas untuk menyediakan pertunjukan bagi Kaisar Qin.
Masing-masing prajurit juga dilengkapi dengan sekitar 40.000 senjata dari perunggu berupa mata panah, pedang, tombak, kapal belati, hingga busur.
Mausoleum Kaisar Qin
Ketika digali setelah bersembunyi di bawah tanah sekitar 2.000 tahun, lapisan cat dan pernis Prajurit Terakota sudah mulai hilang karena oksidasi maupun korosi. Selain itu, patung juga mulai retak, melengkung, dan jatuh. Terdapat tiga lubang (pit) besar di lokasi penemuan.
Para arkeolog, pertama-tama membersihkan patung dari kotoran di permukaan dengan cairan khusus yang dipakai untuk melindungi lukisan.
Saat menggali, para arkeolog juga menemukan hampir semua struktur kayu di lubang 1 dan 2 terbakar. Lubang-lubang itu runtuh setelah dibakar sehingga patung-patung di dalamnya ada yang hancur. Apakah kebakaran terjadi alamiah atau dilakukan pihak tertentu, masih menjadi misteri.
Para arkeolog juga berupaya memasangkan kembali ribuan fragmen yang telah terpisah untuk kembali ke badan aslinya agar dapat terlahir kembali.
Para prajurit yang "lahir kembali" itu sekarang berada di Museum Mausoleum Kaisar Qin Shi Huang dengan luas total 20.000 meter persegi.
Lubang pertama seluas 14.260 meter persegi yaitu rumah untuk sekitar 6.000 Prajurit Terakota beserta kereta tempur, kuda, maupun pasukan lainnya. Lubang tersebut memiliki panjang 230 meter dari timur ke barat, lebar 62 meter dari utara ke selatan dan kedalaman 4,5 - 6,5 meter dari permukaan.
Lubang kedua, ditemukan pada April 1976 berisi sekitar 1.300 patung dan lubang ketiga menyimpan 72 patung. Para arkeolog memperkirakan total ada 8.000 patung, namun baru ada sekitar 2.300 patung yang digali dan dipamerkan ke publik.
"Pada hari kerja, pengunjung dapat melihat para arkeolog bekerja, tapi karena hari ini adalah akhir pekan, jadi tidak ada aktivitas arkeolog," kata pemandu wisata.
Mausoleum sendiri berjarak sekitar 1,5 kilometer dari makam Kaisar Qin yang dibangun di tanah yang dinaikkan hingga lebih dari 50 meter agar jiwanya dapat naik dan bepergian, sementara di bawah tanah juga ada ruang sedalam 30 meter.
"Tidak ada yang istimewa di makan Kaisar Qin, lagi pula untuk datang ke sana harus menaiki bukit lebih dulu," tambah pemandu.
Menurut data Mausoleum, setidaknya sudah 120 juta orang sejak 1979--2020 yang mengunjungi para Prajurit Terakota.
Prajurit-prajurit itu bergeming saat ribuan mata memandang kepada mereka, seolah punya keyakinan bahwa kehadiran mereka dapat memberikan keamanan dan kedamaian seperti halnya arti nama Kota Xi'an pada masa kuno, yaitu Chang'an yang berarti perdamaian abadi.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kisah bawah tanah Prajurit Terakota