Surabaya - Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya Ruud Gollit merancang buku "Wayang Kancil Yogyakarta" untuk karya tugas akhir (TA). "Wayang kancil sudah dikenal di kawasan Eropa dan Amerika, tapi di Indonesia justru tidak dikenal, karena itu saya merancang buku untuk mempromosikan wayang kancil," katanya di Surabaya, Kamis. Menjelang wisuda ke-61 UKP Surabaya yang diikuti 578 wisudawan pada 18-19 Februari mendatang, ia menjelaskan buku itu dilengkapi media promosi seperti poster, banner, kotak wayang, kartu pos, pembatas buku, dan lainnya. "Pentas wayang kancil itu paling cepat 15 menit dan paling lama satu jam, sehingga tidak membosankan, bahkan dipentaskan tanpa layar juga bisa, tapi cukup diberi rerumputan seperti di kawasan hutan," katanya. Mahasiswa kelahiran Surabaya pada 4 Januari 1989 itu mengaku wayang kancil terdiri atas kancil dan sejumlah binatang, Pak Tani, Bu Tani, dan raksasa. "Ceritanya juga diambil dari buku 'Pujangga' yang banyak mengajarkan cinta pada lingkungan hidup, budi pekerti, dan ajaran agama, terutama agama Islam," katanya. Menurut dia, wayang kancil sebenarnya sudah ada sejak zaman kerajaan, namun tahun 1980-an hampir mati, lalu dikembangkan seniman Yogyakarta Ki Ledjar Soebroto. "Upaya Ki Ledjar Soebroto mengembangkan wayang kancil cukup sukses hingga dikenal di Amerika, Kanada, Belanda, Prancis, Inggris, dan sejumlah negara Eropa, sedangkan di dalam negeri justru kalah populer dari wayang kulit," katanya. Padahal, katanya, di Inggris ada mahasiswa yang membuat karya ilmiah tentang wayang kancil, sedangkan di Belanda ada universitas yang memasukkan kurikulum khusus dan ada televisi yang memiliki serial khusus cerita wayang kancil. "Di Pasar Tong Tong Belanda justru ada pergelaran wayang kancil setiap tahun dan Ki Ledjar selalu ke sana, sedangkan di Yogyakarta sendiri tidak selalu ada setiap tahun," katanya. Oleh karena itu, ia mengaku beruntung dapat menyaksikan wayang kancil saat pentas pada HUT Yogyakarta. "Kalau tidak ada HUT Yogyakarta mungkin sulit, karena tarif pentas wayang kancil itu berskala internasional yakni Rp10 juta hingga Rp15 juta," katanya. Lain halnya dengan mahasiswa lainnya dari Jurusan DKV, yakni Aditya Suwignyo. Ia merancang video game untuk mengenal sejumlah ikon di Surabaya Pusat melalui "game" sepeda interaktif yakni Taman Bungkul, RS Darmo, SMA Santa Maria, Gedung Wismilak, SMA St Louis, dan Museum Polri. "Game itu mengenal tujuh ikon Kota Pahlawan dengan berkeliling sepeda. Dalam perjalanannya ada kuis dengan pertanyaan yang kalau bisa dijawab akan mendapat bonus keliling kota, tapi bila tidak bisa menjawab akan kembali ke lokasi awal, sehingga perjalanan kembali ke titik nol," katanya. Sementara itu, mahasiswi Jurusan Komunikasi UKP Crasella Corneles membuat karya TA tentang pola komunikasi bagi orang yang kembar identik, sedangkan mahasiswi Ivana Wijaya merancang karya TA tentang Museum Boneka Asia di Surabaya. (*)
Berita Terkait

Mahasiswa PCU Surabaya olah pepaya jadi wine bernilai ekonomis
14 Maret 2025 15:38

10 mahasiswa Surabaya lolos "IISMA Co-Funding 2024" Kemendikbudristek
29 Mei 2024 20:37

SBM PCU gelar "CEO Talk" matangkan detail bisnis bagi mahasiswa
21 Mei 2024 21:37

Puluhan mahasiswa PCU Surabaya membuat pohon Natal berbahan plastik
13 Desember 2023 20:12

Aplikasi "game" ciptaan mahasiswa Surabaya raih dana inkubasi Rp140 Juta
15 Agustus 2023 19:52

Mahasiswa UK Petra Surabaya kreasikan sarung jadi rok bermotif batik
6 Maret 2023 20:04

Kisahkan budaya toleransi di Surabaya, mahasiswa UK Petra raih juara internasional
12 Januari 2022 11:05

Mahasiswa asing belajar sosiopreneur melalui "SuraBali Summer Program"
3 Agustus 2019 17:13