"Ini adalah masalah yang sangat penting bagi dinas intelijen kami, dan mereka akan melaksanakan tanggung jawab mereka," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan di Moskow, Jumat.
Namun, ia mengatakan sejauh ini Moskow belum menjalin komunikasi dengan intelijen lain di kawasan Timur Tengah.
"Tidak, sejauh ini belum ada diskusi," ujarnya.
Pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9), sebanyak 37 korban tewas dan lebih dari 3.250 orang lainnya terluka dalam serangkaian ledakan yang terjadi pada perangkat komunikasi nirkabel, termasuk pager dan radio dua arah.
Lebanon dan kelompok Hizbullah menyalahkan Israel atas serangan tersebut.
Beberapa media melaporkan bahwa Israel menempatkan bahan peledak kecil di dalam perangkat pager yang diimpor oleh Lebanon dan kemudian meledakkannya dari jarak jauh.
Israel tetap bungkam mengenai serangan mematikan tersebut.
Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyuarakan kekhawatiran mendalam atas "perkembangan berbahaya" di Lebanon.
Ia menyuarakan kekhawatiran mengenai dua gelombang serangan siber yang meledakkan radio dan perangkat komunikasi di Lebanon, dengan menggambarkannya sebagai peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah global.
"Meskipun serangan teroris yang tragis telah terjadi sebelumnya, ini adalah bentuk terorisme yang sama sekali baru — yang menggabungkan skala dan eksploitasi teknologi sipil untuk tujuan teroris," kata Zakharova.
Juru bicara itu menegaskan kembali dukungan Rusia untuk Lebanon, dan mengutuk keras tindakan agresi bersenjata yang mengakibatkan jatuhnya korban sipil dan kerusakan signifikan pada infrastruktur penting.
Menanggapi pengumuman Israel tentang "fase baru dalam operasi," Zakharova memperingatkan bahwa serangan militer skala besar di Lebanon dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi keamanan regional.
"Kami sekali lagi mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri secara maksimal dan menghentikan permusuhan. Rusia siap bekerja sama dengan mitra regional dan internasional untuk meredakan ketegangan dan menstabilkan situasi militer-politik," ujarnya.
Banyak negara telah mengecam ledakan pager dan menyatakan solidaritas dengan Lebanon, sementara kelompok hak asasi manusia internasional, termasuk Human Rights Watch, memperingatkan bahwa serangan semacam itu membahayakan nyawa warga sipil dan melanggar hukum perang.
Ledakan massal pager terjadi di tengah meningkatnya peperangan lintas batas antara Israel dan kelompok Hizbullah.
Konflik terbaru Israel-Hizbullah pecah sejak dimulainya serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan hampir 41.300 korban, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Sumber: Anadolu