Surabaya (ANTARA) - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Timur akan menggandeng remaja masjid untuk melaksanakan Program Penguatan Modal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar pelaku usaha penerima bantuan modal tidak terjerat rentenir.
"Kami akan menggandeng remaja masjid untuk memantau penerima bantuan modal agar mereka tidak hutang lagi," kata Ketua Baznas Jatim KH Ali Maschan Moesa, saat dihubungi dari Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Menurutnya, keberadaan remaja masjid bisa memantau dan menjaga agar penerima bantuan tidak lagi terjerumus hutang apalagi jerat rentenir.
"Remaja masjid bisa memantau dan memberikan imbauan kepada penerima bantuan biar tidak hutang lagi, kasihan penghasilannya hanya untuk membayar hutang saja," ujarnya.
Menurutnya, program tersebut memang ditujukan untuk mendukung pelaku usaha mikro agar terbebas dari jeratan rentenir.
“Tujuan dari program ini yaitu mendukung para pelaku usaha mikro, khususnya pedagang kecil dan Pedagang Kaki Lima (PKL), agar terbebas dari jeratan rentenir dengan pinjaman berbunga tinggi,” ujar Ali Maschan.
Dia mencontohkan, di Kabupaten Ngawi, skema yang diterapkan yaitu kredit super mikro tanpa agunan, dengan nominal Rp1 juta hingga Rp5 juta.
Pembayaran dilakukan mingguan atau bulanan selama satu tahun, dan penerima manfaat membentuk kelompok dengan sistem tanggung renteng.
Sementara di Tulungagung, Program Penguatan Modal menawarkan bantuan modal bertahap dengan total Rp1,5 juta per mustahik.
Pada tahap pertama, mustahik menerima Rp1,5 juta dan diwajibkan berinfak Rp720 ribu selama satu tahun. Setelah evaluasi, bantuan tambahan Rp1,5 juta diberikan pada tahap kedua dengan kewajiban infak yang sama.
Pada tahap ketiga, mustahik dapat memilih antara pinjaman tanpa bunga Rp1,5 juta dari Baznas atau pinjaman dari bank dengan bunga yang ditanggung Baznas.
“Sejak 2019, program ini telah menyalurkan bantuan modal lebih dari Rp706.250.000 kepada 665 mustahik dari 24 kelompok di Banyuwangi. Sementara di Ngawi, sejak 2022 program ini telah membantu 508 pedagang, termasuk 458 pedagang sayur dan 50 PKL," tuturnya.
Sedangkan di Tulungagung, sekitar 353 pedagang, mulai dari pedagang sayur, penjahit, hingga warung makan, telah menikmati manfaat program ini, dengan 64 persen aktif ber-infak.