Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan kepada seorang gadis pengidap kanker uterus bernama Oktavia Dwi Ramdhani di Kota Mojokerto, Jawa Timur, Kamis.
Risma mengatakan dirinya menjenguk Okta setelah mengetahui dari media dan merasa terenyuh ketika mengetahui kondisi Okta mengidap kanker di usianya yang masih remaja.
Risma langsung melihat kondisi Okta yang terbaring di tempat tidur di dampingi oleh kakaknya, Septi Kustanti.
"Mudah-mudahan tidak ada kata terlambat, yang penting kami berusaha, karena apapun pasti kakaknya akan berat. Sementara nggak usah kerja dulu," kata Risma usai menjenguk Okta.
Ia mengatakan pendampingan kepadanya harus tetap dilakukan oleh Pemkot Mojokerto serta segala usaha dan upaya harus ditempuh dengan semangat sembari mencari solusi alternatif untuk kesembuhan Okta.
"Karena bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Jadi nanti kita lakukan memperkuat fisiknya supaya daya tahan tubuh bisa melawan penyakit yang di deritanya," katanya.
Ia mencontohkan saat menjabat Wali Kota Surabaya mendapati warganya mengidap kanker stadium empat dimana dokter pun sudah angkat tangan dan dipulangkan dari rumah sakit.
"Kemudian suami warga pengidap kanker mencari pengobatan alternatif dengan obat herbal yaitu daun kelor. Karena suaminya itu kerja di perkebunan atau pertanian, akhirnya mencoba mengobati istrinya dengan kelor. Nah kelor itu difermentasi menjadi teh kelor. Secara medis kelor antioksidanya tinggi. Alhamdulillah sampai sekarang terakhir ketemu masih sehat," tuturnya.
Setelah melihat langsung kondisi Okta, Mensos Risma memberikan bantuan kebutuhan dasar, bantuan kewirausahaan serta bantuan untuk biaya operasional selama pengobatan kepada Okta dan keluarganya.
Ia juga meminta kepada Septi tidak bekerja untuk sementara waktu dan diminta fokus merawat dan menemani adiknya.
Septi sehari-hari bekerja sebagai penjaga kios di Skywalk Kota Mojokerto dengan penghasilan Rp35 ribu per hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami biasanya menangani begini lengkap. Kondisi keluarga seperti apa, satu persatu keluarga kita berikan treatment. Anak kakaknya kita berikan alat sekolah, kakaknya kita bantu usaha. Jalan atau tidak yang penting kita membantu," kata Risma.
Kabid P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto dr Citra Mayangsari mengatakan kondisi kanker Okta sudah terminal, sehingga, pihaknya akan memberi tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri serta memberi motivasi agar bisa bertahan.
"Kemarin, kakaknya minta dirujuk ke RSPAL dr Ramelan, Surabaya. Di sana sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sementara untuk CT scan masih menunggu. hasil laboratorium menunjukkan fungsi ginjalnya menurun. Kalau Kanker ini kan terkadang perkembangannya bisa bagus, namun terkadang juga bisa tiba-tiba drop," katanya.
Risma mengatakan dirinya menjenguk Okta setelah mengetahui dari media dan merasa terenyuh ketika mengetahui kondisi Okta mengidap kanker di usianya yang masih remaja.
Risma langsung melihat kondisi Okta yang terbaring di tempat tidur di dampingi oleh kakaknya, Septi Kustanti.
"Mudah-mudahan tidak ada kata terlambat, yang penting kami berusaha, karena apapun pasti kakaknya akan berat. Sementara nggak usah kerja dulu," kata Risma usai menjenguk Okta.
Ia mengatakan pendampingan kepadanya harus tetap dilakukan oleh Pemkot Mojokerto serta segala usaha dan upaya harus ditempuh dengan semangat sembari mencari solusi alternatif untuk kesembuhan Okta.
"Karena bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Jadi nanti kita lakukan memperkuat fisiknya supaya daya tahan tubuh bisa melawan penyakit yang di deritanya," katanya.
Ia mencontohkan saat menjabat Wali Kota Surabaya mendapati warganya mengidap kanker stadium empat dimana dokter pun sudah angkat tangan dan dipulangkan dari rumah sakit.
"Kemudian suami warga pengidap kanker mencari pengobatan alternatif dengan obat herbal yaitu daun kelor. Karena suaminya itu kerja di perkebunan atau pertanian, akhirnya mencoba mengobati istrinya dengan kelor. Nah kelor itu difermentasi menjadi teh kelor. Secara medis kelor antioksidanya tinggi. Alhamdulillah sampai sekarang terakhir ketemu masih sehat," tuturnya.
Setelah melihat langsung kondisi Okta, Mensos Risma memberikan bantuan kebutuhan dasar, bantuan kewirausahaan serta bantuan untuk biaya operasional selama pengobatan kepada Okta dan keluarganya.
Ia juga meminta kepada Septi tidak bekerja untuk sementara waktu dan diminta fokus merawat dan menemani adiknya.
Septi sehari-hari bekerja sebagai penjaga kios di Skywalk Kota Mojokerto dengan penghasilan Rp35 ribu per hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami biasanya menangani begini lengkap. Kondisi keluarga seperti apa, satu persatu keluarga kita berikan treatment. Anak kakaknya kita berikan alat sekolah, kakaknya kita bantu usaha. Jalan atau tidak yang penting kita membantu," kata Risma.
Kabid P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto dr Citra Mayangsari mengatakan kondisi kanker Okta sudah terminal, sehingga, pihaknya akan memberi tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri serta memberi motivasi agar bisa bertahan.
"Kemarin, kakaknya minta dirujuk ke RSPAL dr Ramelan, Surabaya. Di sana sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sementara untuk CT scan masih menunggu. hasil laboratorium menunjukkan fungsi ginjalnya menurun. Kalau Kanker ini kan terkadang perkembangannya bisa bagus, namun terkadang juga bisa tiba-tiba drop," katanya.