Matahari belum terbit. Hutan Taman Nasional Way Kambas akhir Januari lalu sudah ramai dengan suara-suara satwa liar yang saling bersautan menyambut datangnya pagi. Suara-suara sekelompok Siamang paling dominan, diselingi suara aneka jenis burung, serta suara jenggeret menjadi simfoni alam yang sangat menarik untuk dinikmati. Taman Nasional Way Kambas dengan luas 125.621,3 hektare yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera. Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain Api-api (Avicennia marina), Pidada (Sonneratia sp.), Nipah (Nypa fruticans), Gelam (Melaleuca leucadendron), Salam (Syzygium polyanthum), Rawang (Glochidion borneensis), Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Pandan (Pandanus sp.), Puspa (Schima wallichii), Meranti (Shorea sp.), Minyak (Dipterocarpus gracilis), dan Ramin (Gonystylus bancanus). Taman Nasional Way Kambas memiliki 50 jenis mamalia di antaranya Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), Tapir (Tapirus indicus), Anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), Siamang (Hylobates syndactylus syndactylus). Sebanyak 406 jenis burung di antaranya Bebek Hutan (Cairina scutulata), Bangau Sandang Lawe (Ciconia episcopus stormi), Bangau Tong-tong (Leptoptilos javanicus), Sempidan Biru (Lophura ignita), Kuau (Argusianus argus argus), Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), serta berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta. Di Taman Nasional Way Kambas terdapat sejumlah lokasi/obyek yang bisa dikunjungi, yakni Pusat Konservasi Gajah Karangsari. Atraksi gajah Way Kambas. Bumi perkemahan Way Kanan. Balai Penelitian dan Suaka Badak Sumatra dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti. Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas. Menyusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove. Pusat Latihan Gajah (PLG) yang didirikan tahun 1985, mulai tahun 2000 telah ditingkatkan fungsinya menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG). Sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakan gajah sekitar 290 ekor. Namun, gajah-gajah terlatih dan masih beradaa di PLG tinggal 65 ekor. Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Di PKG dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya. Seiring dengan peningkatan fungsi dari pusat latihan menjadi pusat konservasi, PKG Way Kambas juga dilengkapi Rumah Sakit (RS) Gajah pertama dan terbesar di dunia kerja sama Kementerian Kehutanan,Taman Safari Indonesia , dan Kebun Binatang Australia. Pembangunan RS Gajah yang peletakan batu pertamamnya dilakukan oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, akhir Januari lalu, akan dilengkapi fasilitas bangunan berlantai 3, Rumah Mahoud (pawang), tempat minum gajah, 2 kandang terbuka berupa tamabatan gajah, serta lahan tanaman rumput gajah seluas 100 hektare. Sehingga keberadaan RS Gajah nantinya bisa untuk meningkatkan kesehatan gajah, sekaligus meningkatkan kesejahrteraan mayarakat untuk ikut terlibat menyediakan pakan gajah-gajah, serta pengembangan ekowisata. Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh untuk menuju lokasi. Peratama dari Bandar Lampung - Metro- Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112 km). Bisa juga lewat Branti – Metro - Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km). Atau lewat Bakauheni – Panjang – Sribawono - Way Jepara sekitar tiga jam (170 km). Serta Bakauheni - Labuan Meringgai - Way Kambas sekitar dua jam. (*)
Mengunjungi Pusat Konservasi Gajah di Way Kambas
Jumat, 24 Februari 2012 10:13 WIB