Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan Ibadah Haji 1445 Hijirah/2024 Masehi telah berakhir yang ditandai dengan pernyataan penutup oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024.
Dalam penyelenggaraan haji 2024, Indonesia menjadi negara pengirim haji terbanyak di dunia, dengan kuota 221.000 ditambah 20.000 kuota tambahan, setelah Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi.
Dari 241.000 kuota tersebut, 213.320 di antaranya merupakan jamaah haji reguler, sementara sisanya merupakan jamaah haji khusus. Tercatat hanya 45 orang yang gagal berangkat karena berbagai sebab. Angka tersebut tergolong rendah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada penyelenggaraan haji kali ini sedikit sekali suara sumbang dari jamaah perihal pelayanan.
Lancarnya penyelenggaraan haji ini tidak terlepas dari solidnya PPIH yang terdiri dari berbagai unsur, seperti Kemenag, Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, BPKH, hingga TNI/Polri.
Mereka yang bertugas melepaskan segala unsur atribusi yang melekat pada dirinya dan berada dalam satu komando Petugas Penyelenggara Ibadah Haji. Selain itu, skema-skema inovasi diterapkan pada musim haji tahun ini, yang membuat peta jalan haji mulai benderang dan penyelenggaraan menjadi lebih berarti.
Junan Triono, jamaah asal Embarkasi Jakarta-Pondok Gede, bercerita, di tiap sudut pasti ada petugas haji yang bersiaga, bahkan hingga subuh saat jamaah keluar dari Nabawi, petugas selalu ada. Mereka seolah berada di Indonesia dan tidak khawatir jika terjadi sesuatu.
Inovasi
Kemenag membuat sejumlah terobosan agar penyelenggaraan haji bisa lancar dan nyaman. Beberapa inovasi yang ditelurkan ini untuk menjawab permasalahan yang terjadi pada penyelenggaraan tahun sebelumnya.
Sejumlah Indikator yang membuat penyelenggaraan haji patut dirayakan dengan sukacita.
Pertama, serba-serbi layanan yang pertama kali diterapkan pada haji 2024. Pada tahun ini Kemenag berhasil menambah layanan fast track yang tidak hanya di Bandara Soekarno Hatta. Layanan jalur cepat imigrasi ini juga telah diterapkan di Bandara Adi Soemarmo Solo dan Djuanda Surabaya.
Tercatat lebih dari 50 persen dari total kuota reguler atau 127.073 peserta haji merasakan layanan tersebut. Layanan ini membuat jamaah tidak lagi menunggu proses imigrasi setibanya di Arab Saudi, karena pengurusan dokumen telah selesai di Indonesia.
Kemudian, Kemenag menerapkan skema Murur, yakni pergerakan jamaah dari Arafah menuju Muzdalifah, dengan cara melintas tanpa turun. Jamaah lanjut usia dan risiko tinggi langsung menuju ke Mina, untuk persiapan lempar jumrah.
Skema ini tercetus atas hasil evaluasi penyelenggaraan tahun sebelumnya. Pada 2023, pergerakan jamaah dari Muzdalifah ke Mina terhambat karena padatnya kawasan tersebut. Di Muzdalifah tidak hanya disesaki jamaah pemegang visa haji, tapi juga banyaknya jamaah yang tidak memiliki visa haji resmi.
Aby Sayma Maulana, pembimbing ibadah asal Tangerang Selatan, mengaku jamaah menyambut dengan senang dengan penerapan skema Murur. Hal itu sesuai dengan semangat haji ramah lansia.
Saat itu, proses mobilisasi jamaah berlangsung hingga pukul 13.30 Waktu Arab Saudi (WAS). Keterlambatan mobilisasi ini berdampak pada sejumlah hal, seperti transportasi dan konsumsi. Selain itu, cuaca yang panas membuat semakin runyam.
Pada penyelenggaraan tahun ini, 51.000 lebih peserta haji diberangkatkan melalui skema Murur dan proses pergerakan bisa selesai pada 07.30 WAS. Dengan demikian jamaah lansia dan risti memiliki waktu panjang untuk memulihkan energi.
Inovasi terbaru lainnya perihal konsumsi. Layanan katering diberikan secara penuh selama jamaah berada di Makkah. Jamaah selama pra Armuzna, saat puncak haji, dan pasca-Armuzna mendapatkan layanan konsumsi secara penuh.
Layanan ini, sebelumnya tidak diberikan, utamanya ketika puncak haji. Saat itu, sulit untuk mendistribusikan makanan ketika puncak haji, mengingat kepadatan di jalan-jalan yang membuat kendaraan pengangkut makanan tidak bisa bergerak.
Kemenag juga menerapkan Safari Wukuf Lansia Non-Mandiri dan Disabilitas bagi 293 peserta haji. Layanan ini dilakukan dengan persiapan yang lebih matang, baik dari aspek akomodasi, petugas, maupun layanan konsumsi.
Layanan digital
Inovasi yang diterapkan tidak hanya saat proses penyelenggaraan ibadah haji berlangsung. Sejumlah inovasi juga diluncurkan jauh-jauh hari, sebelum musim haji dimulai.
Pada proses rekrutmen petugas, misalnya, Kemenag menyeleksi secara terbuka dan ketat. Pendaftaran dan tes dilakukan melalui skema computer assested test (CAT). Proses ini ditujukan agar seleksi transparan dan menjaring petugas yang berkompeten.
Kemudian peluncuran aplikasi "Kawal Haji" yang memberi ruang bagi jamaah dan keluarga, bahkan masyarakat umum, untuk menyampaikan keluhan dan aduan jika mengalami masalah. Hasilnya, beragam masalah lebih cepat teridentifikasi dan tertangani.
Aplikasi ini akan merekam seluruh laporan dari jamaah maupun keluarga. Salah satu contoh yang kerap ditemui adalah soal laporan jamaah tersesat. Jamaah dari suatu kloter bisa melaporkan ada anggotanya yang diduga tersesat karena tidak kembali ke hotel dalam waktu yang lama atau mengalami kendala.
Inovasi lain, perihal penggunaan international patient summary (IPS) atau riwayat kesehatan jamaah haji pada kartu jamaah haji. IPS berisikan resume kesehatan jamaah dari sisi demografi, alergi/intoleransi, pengobatan, penyakit, dan imunisasi/vaksinasi.
Dengan informasi ini, layanan kesehatan di Arab Saudi dapat memberikan tindakan medis yang lebih tepat dan terukur. Layanan ini atas hasil kolaborasi Kemenag dengan Kementerian Kesehatan.
Dalam IPS tersebut tersemat pula kode batang (barcode) yang berisi data-data jamaah, mulai dari hotel yang ditempati hingga nomor kontak ketua rombongan. Dengan begitu, apabila tersesat akan sangat membantu petugas mengidentifikasi.
Tidak hanya itu, penyederhanaan proses tunda/batal visa untuk optimalisasi penggunaan kuota haji diterapkan pada tahun ini. Jamaah yang sudah terbit visanya, namun karena sesuatu hal batal/tertunda, diinput oleh tim kankemenag kabupaten/kota ke Siskohat.
Sehingga, kanwil Kemenag provinsi dan Kemenag pusat dapat segera membatalkan dan mengajukan visa penggantinya. Pendekatan ini berhasil mengoptimalkan serapan kuota haji hingga tahun ini hanya tersisa 45 orang/kuota yang gagal berangkat.
Ekosistem ekonomi haji
Penyelenggaraan haji tahun ini juga telah berhasil mengembangkan ekosistem potensi ekonomi haji. Pemerintah memenuhi kebutuhan bumbu dapur penyedia katering jamaah haji Indonesia.
Tahun ini Pemerintah berhasil memenuhi 70 ton bumbu dan bahan makanan bagi jamaah Indonesia. Tahun lalu, pemerintah hanya mampu memenuhi 16 ton, namun melihat potensi ke depan, kebutuhannya bisa hingga 300 ton.
Hal lainnya yang patut dirayakan adalah daging dam dari petugas dan sebagian jamaah haji bisa dibawa ke Indonesia. PPIH berhasil mengelola 6.755 kambing dam dan dari jumlah itu, ada 2.000 daging kambing akan dikirim ke Indonesia dalam bentuk kemasan daging olahan.
Dengan kemasan 0,5 kg per kemasan, diperkirakan akan menjadi 15.000 kotak. Daging dam olahan ini bisa menjadi media strategis dalam upaya menekan angka stunting serta pemenuhan konsumsi warga terdampak bencana di Indonesia.
Tidak hanya itu. Total ada sekitar 1,7 juta kotak makanan yang tahun ini didistribusikan di Makkah dan saat puncak haji di Armuzna. Seluruhnya didatangkan langsung dari Indonesia. Bahkan, jumlahnya masih bisa ditingkatkan karena potensi kebutuhannya bisa mencapai lima hingga enam juta kota.
Peta jalan
Sejumlah Inovasi yang lahir pada penyenggaraan haji 1445 Hijriah/2024, seolah menjadi peta jalan untuk penyelenggaraan berikutnya agar terus semakin membaik.
Kemenag di bawah kepemimpinan Yaqut Cholil Qoumas telah meletakkan fondasi untuk diteruskan, bahkan disempurnakan oleh penerusnya kelak. Meski memang masih banyak yang perlu terus disempurnakan, namun inovasi yang telah berjalan ini patut untuk diapresiasi.
Inovasi, seperti Kartu Haji, aplikasi Kawal Haji, skema Murur, makanan instan saat puncak haji, safari wukuf, dan yang lainnya menjadi peta jalan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.
Seluruh inovasi yang diterapkan telah terbukti membantu jamaah maupun petugas haji dalam mengidentifikasi masalah. Selain itu, semua hal tersebut semata-mata demi menjaga keselamatan jiwa jamaah haji Indonesia.