Kediri (ANTARA) - Perajin batik di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berharap agar pemerintah kabupaten memfasilitasi penjualan produknya sehingga usaha terus berjalan dan penyerapan tenaga kerja juga lebih maksimal.
Pendamping UMKM sekaligus Konsultan Legalitas Produk dan UKM Kabupaten Kediri Lina Sofarida mengatakan, UMKM di Kabupaten Kediri sudah sering mendapatkan pendampingan hingga pelatihan. Namun, saat mereka produksi justru penjualan kurang maksimal.
"Jadi UKM itu yang dibutuhkan bukan semata bantuan dana, bukan pelatihan, tapi bagaimana bisa menjual produk akhirnya," katanya di Kediri, Selasa.
Lina yang juga pemilik usaha Batik Salinyar Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri tersebut mengatakan, di Kabupaten Kediri ada kurang lebih 37 pemilik usaha batik yang masih bertahan hingga saat ini, termasuk usaha miliknya.
Mayoritas usaha mereka berjalan, namun untuk penjualan diharapkan lebih optimal lagi. Selain bisa memenuhi kebutuhan di dalam Kabupaten Kediri, diharapkan bisa menembus pasar lebih luas lagi termasuk ekspansi ke luar Pulau Jawa hingga luar negeri.
Untuk usaha miliknya, Lina mengatakan dirinya punya rumah produksi yang baru beroperasi pada Mei 2024. Ia sebelumnya punya usaha batik dengan skala kecil dan kini ingin lebih dikembangkan dengan pendirian rumah produksi.
Di tempatnya, kata dia, selain membuat batik tulis ada juga batik cap dan batik printing. Dirinya dibantu oleh empat orang karyawan yang bekerja setiap harinya.
Sementara itu, terkait dengan produksi, ia menyebut untuk printing bisa hingga 400 meter dalam satu hari produksi, sedangkan untuk batik tulis satu orang satu minggu bisa menyelesaikan satu kain batik ukuran 2 meter dan untuk batik cap satu orang bisa hingga lima lembar kain ukuran 2 meter.
Untuk harganya, ia menyebut relatif yakni untuk printing satu kain batik ukuran 2 meter mulai Rp75 ribu hingga Rp100 ribu, sedangkan untuk tulis harganya mulai Rp250 ribu hingga Rp1 juta per 2 meter dan yang batik cap antara Rp125 ribu hingga Rp200 ribu per 2 meter.
Ia juga mengapresiasi usaha batik miliknya dikunjungi oleh pengusaha asal Kediri Deny Widyanarko. Ia berharap ke depan aspirasi pemilik usaha batik seperti dirinya bisa diapresiasi.
"Harapannya nanti seperti Pak Deny ke depannya yang sudah melihat dan berkunjung di Batik Salinyar ini dapat memberikan suport. Kami menantikan program dan ini jelas akan menjadi pekerjaan rumahnya ke depan. Dan saya yakin beliau dapat membantu menyelesaikan problem tersebut dan membantu memasarkan produk yang dimiliki teman-teman UKM Kabupaten Kediri," kata Lina.
Sementara itu, pengusaha asal Kabupaten Kediri Deny Widyanarko menilai potensi pasar batik di Kediri cukup besar. Banyak masyarakat yang tertarik dengan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO tersebut.
"Pasarnya sangat potensial. Kami juga ingin seragam-seragam yang digunakan oleh pemerintah, sekolah dan sebagainya itu nantinya bisa menggunakan produk yang dihasilkan dari Kediri sendiri. Sehingga, dengan kita menggunakan produk dari Kediri ini bisa mengangkat UMKM dan batik-batik seperti ini bisa maju dan berkembang," kata dia.
Deny juga maju dalam Pilkada Kabupaten Kediri ingin agar batik Kediri laku di pasar nasional hingga mancanegara. Dari kunjungannya ini, permasalahan utama adalah soal pemasaran.
"Salah satu dari sembilan program unggulan atau prioritas kami OVOP (One Village One Produk) ya. Kami ingin dalam satu desa itu ada produk-produk unggulan," kata dia.