Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menyatakan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang menjadi pusat kajian Tafsir Al-Jailani karya ulama sufi dan ahli fiqih Syeikh Abd Qadir Jailani.
Khofifah dalam keterangannya di Surabaya, Jumat, mengatakan kajian tafsir Al-Jailani dilaksanakan dua kali setiap bulan, yakni pada Jumat di minggu pertama dan minggu keempat secara daring.
"Kajian akan dilaksanakan hari ini hingga Juli 2025 setelah Sholat Jumat pada jam 13.00 WIB, atau kalau di Turki sekitar jam 09.00 pagi waktu Turki," kata Khofifah.
Jumlah masyarakat umum dan pesantren yang mengikuti kajian tersebut secara langsung (di MAS) dan daring sudah mencapai 2,4 juta.
Kajian pertama hari ini juga dihadiri langsung oleh cicit ke-23 Syeikh Abd Qadir Jailani, yakni Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani.
Baca juga: Ulama besar Turki hadiahi Khofifah enam jilid kitab tafsir
Khofifah menjelaskan Tafsir Al-Jailani tersebut didapatkan saat dirinya berkunjung ke Turki pada Februari tahun 2022.
"Tafsir itu merupakan manuskrip yang menarik setelah 800 tahun hilang dan akhirnya ditemukan cucu ke-25 Syeikh Abdul Qadir Jailani," ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia Tafsir Al-Jailani yang mengulas ayat demi ayat Alquran dan tersimpan di Perpustakaan Vatikan itu sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
"Saya minta Syeikh Fadhil untuk memberi pembelajaran langsung kepada masyarakat Indonesia hingga kajian ini terlaksana dengan koordinator kajian Prof DR KH Ridlwan Nasir," katanya.
Sementara, Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani dalam kajian pertama itu menjelaskan ulama dunia mengakui tafsir karya Syeikh Abdul Qadir Al Jailani itu merupakan tafsir terbaik.
"Ulama dari berbagai negara mengakui hal itu setelah saya beri tafsir itu dan mengkaji sendiri, karena Syeikh Abdul Qadir Al Jailani itu menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, dan ayat dengan penjelasan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib," ucap dia.
Baca juga: Gubernur Khofifah resmikan Diorama Tafsir Digital di Surabaya
Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani juga mencontohkan "bismillah" itu ditafsirkan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani secara berbeda sesuai ayatnya.
"Bismillah dalam Surah Al-baqarah dikaitkan artinya dengan keyakinan orang-orang Muslim tentang tauhid. Surah Al-Ikhlas itu, ahli tafsir lain menerjemahkan 'qulhu' dengan 'Katakan Wahai Muhammad', tapi Syeikh Abdul Qadir Jailani tidak mau menyebut nama 'Muhammad' tapi menyebut 'Rasul yang paling sempurna' yang lebih beradab," tutur dia.
Kemudian, fatihah juga ditafsirkan sebagai surat keesaan Tuhan yang tak berbilang dan keabadian, bahkan "Iyyakana'budu" diartikan keesaan yang hanya menyembah kepada Allah sebagai puncak tauhid.
"Semua milik Allah, Allah itu robbul Alamin, bukan robbul Muslimin," katanya.