Surabaya (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama dari Universitas Ibnu Tufail, Maroko, Prof Mariam Ait Ahmad, mengagumi arsitektur megah Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) serta semangat toleransi beragama yang hidup di tengah masyarakat Indonesia.
Mariam dalam keterangan di Surabaya, Jumat, menyampaikan kekagumannya terhadap desain arsitektur MAS yang dinilainya megah dan mencerminkan nilai-nilai keislaman yang kuat.
Ia juga menyoroti semangat toleransi yang dijaga oleh pengurus masjid, terlebih lokasi MAS yang berdekatan dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus di kawasan Pagesangan Baru, Jambangan, Surabaya.
"Saya memilih berkunjung ke Masjid Al-Akbar karena namanya sudah sangat dikenal di negara kami. Saya berharap pertemuan kami dengan para mahasiswa Indonesia ini mendapat keberkahan karena dilakukan di masjid terbesar di Indonesia," katanya.
Ia juga memuji pengelolaan MAS yang dinilainya sangat baik dan profesional.
"Kami disambut dengan sangat hangat. Pengelolaan masjid ini sangat istimewa. Kiai Sudjak juga menjelaskan secara detail tentang manajemen masjid yang menginspirasi," tuturnya.
Tak hanya itu, Mariam juga mengapresiasi kegiatan sosial dan filantropi yang dilakukan MAS, termasuk manajemen wakaf dan pemberdayaan generasi muda.
"Kami ingin memperkuat hubungan ilmiah dan keagamaan antara Kerajaan Maroko dan Indonesia. Kami juga berkesempatan untuk bertemu dengan alumni pelajar Indonesia yang pernah menempuh pendidikan di Maroko," ujarnya.
Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS, Dr KHM Sudjak mengatakan kunjungan Mariam ke MAS merupakan bagian dari rangkaian kegiatan akademik dan dialog antaragama yang bertujuan mempererat hubungan intelektual dan spiritual antara Indonesia dan Maroko.
"Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya mempererat hubungan antara kedua negara, khususnya di bidang keagamaan dan pendidikan," ujarnya.
Ketua BPP MAS, Dr Sudjak, menyambut positif kunjungan tersebut dan berharap kolaborasi akademik antara Indonesia dan Maroko dapat terus berlanjut.
"Pihak Universitas Ibnu Tufail sangat tertarik mempelajari sistem pengelolaan MAS. Ini menjadi kesempatan baik untuk bertukar informasi dan pengalaman," katanya.
Ia menambahkan kunjungan seperti ini menjadi masukan penting bagi MAS dalam meningkatkan pelayanan, terutama kepada tamu-tamu mancanegara.
"Semakin banyak tamu yang datang, maka kami harus semakin siap dalam memberikan pelayanan terbaik," ujarnya.
Terkait toleransi antarumat beragama, MAS sebelumnya juga pernah menjadi tempat pembelajaran bagi 70 agamawan muda lintas agama di Surabaya.
Mereka berasal dari latar belakang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, yang belajar mengenai hubungan harmonis antara MAS dan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus di sekitarnya.
Guru Besar Maroko kagumi arsitektur dan toleransi di Masjid Al-Akbar
Jumat, 16 Mei 2025 23:00 WIB
Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama dari Universitas Ibnu Tufail, Maroko, Prof Dr Mariam Ait Ahmad (tengah) saat berkunjung ke Masjid Al-Akbar Surabaya. ANTARA/HO-Masjid Al Akbar Surabaya
