Surabaya - Perekonomian Jawa Timur kian menunjukkan kedua taringnya kepada masyarakat Indonesia mengingat kinerja pertumbuhan ekonominya berulang kali melebihi pencapaian nasional. Jika per triwulan III/2011 pertumbuhan ekonomi nasional hanya 6,5 persen, Jatim dengan digawangi Gubernur Jatim, Soekarwo yang akrab disapa Pakdhe Karwo bisa mencapai 7,12 persen. Bahkan, diperkirakan akhir tahun 2011 angka bergerak naik menjadi 7,3 persen. Untuk mempertahankan pencapaian itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Dedy Suhajadi, menyarankan, Pemerintah Provinsi Jatim melihat peluang sektor riil yang belum digarap maksimal. Salah satunya sektor pertanian yang diperkirakan sangat prospektif pada tahun 2012. "Jangan bangga dengan angka pertumbuhan ekonomi Jatim 7,12 persen karena kontribusi sektor pertanian hanya menempati peringkat ketiga. Padahal, Jatim lumbung pangan nasional," ujarnya, ditemui di Surabaya. Kondisi tersebut, kata Dedy, tentunya akan sangat bertentangan menyusul pencapaian pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2011 hanya sekadar angka dan belum mementingkan bagaimana mengembangkan sektor pertanian secara menyeluruh. "Permasalahan selanjutnya, akibat kemajuan sektor perdagangan, hotel, restoran, dan perindustrian di Jatim banyak masyarakat pedesaan lebih memilih bekerja di pabrik daripada di pertanian," katanya. Untuk itu, harap dia, tahun 2012 dapat menjadi era kebangkitan perekonomian Jatim dengan catatan dukungan pemerintah dan kalangan perbankan benar-benar fokus pada sektor pertanian. "Khusus untuk Sumber Daya Manusia (SDM), kami minta para sarjana yang berasal dari pedesaan kembali ke daerahnya dan berkarya di sana. Hal itu karena program pemerintah dengan sarjana masuk desa gagal total," sesalnya. Kini, terang dia, yang harus diubah pertama kali adalah pemikiran mahasiswa supaya memiliki pandangan ketika lulus tidak melamar menjadi karyawan atau pegawai melainkan membuka lapangan kerja baru. "Mahasiswa adalah agen perubahan jadi sudah selayaknya berpikir sebagai pengusaha yang bisnisnya benar-benar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Kalau di daerah sudah maju, otomatis perekonomian Jatim tahun 2012 bisa tercatat 7,5 persen," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, peran perbankan dalam menyalurkan kredit terhadap kalangan Usaha Kecil Menengah sangat penting guna mengembangkan bisnis mereka ke depan. Akan tetapi, dengan diturunkannya "BI Rate" menjadi enam persen beberapa pelaku perbankan seolah belum berpihak kepada UKM. "Idealnya saat pulakan 'BI Rate' enam persen, angka ideal cari untung untuk biaya operasional dua persen supaya suku bunga kreditnya delapan persen. Bukan seperti sekarang 'BI Rate' enam persen, bunga pinjamannya menjadi 12 persen sehingga menyulitkan UKM untuk mengembangkan usahanya," katanya.(*)
Dedy Suhajadi: 2012, Tahun Kebangkitan Perekonomian Jatim
Jumat, 30 Desember 2011 10:28 WIB