Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan sidang itu digelar di Auditorium Kementerian Agama, Jakarta.
"Sidang Isbat ini penting untuk selalu kita laksanakan, karena masyarakat menunggu pengumuman resmi dari pemerintah," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Sidang Isbat tersebut mengundang Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kemenag.
Alur sidang Isbat awal Zulhijah dimulai dengan seminar secara hibrid terkait kriteria penetapan awal bulan Hijriyah. Seminar diikuti perwakilan ormas Islam dan para tamu undangan.
Setelah Magrib, acara dilanjutkan dengan Sidang Isbat secara tertutup. Hasil sidang isbat diumumkan melalui konferensi pers penetapan awal Zulhijah.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib melaporkan berdasarkan data hilal, pada hari Sidang Isbat nanti, posisi hilal telah melampaui kriteria Imkanur rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Pada 7 Juni 2024 di seluruh wilayah Indonesia ketinggian hilal berada di atas ufuk antara 7 derajat 15,82 menit sampai 10 derajat 41,09 menit dengan sudut elongasi antara 11 derajat 34,83 menit sampai 13 derajat 14,47 menit.
"Hal tersebut sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan MABIMS," kata Adib.
Dalam posisi tersebut, imbuhnya, berdasarkan data dan perhitungan, posisi hilal sudah berada di atas kriteria Imkanur rukyat.
Secara astronomis, pada 7 Juni 2024 hilal diperkirakan dapat terlihat di beberapa wilayah di Indonesia. Tinggal nanti bergantung dengan cuaca setempat.
Adib menambahkan hasil perhitungan Imkanur rukyat ataupun Wujudul Hilal penentuan awal bulan Zulhijah berpotensi memiliki kesamaan.
"Sehingga di tahun ini umat Muslim di Indonesia diperkirakan dapat merayakan Hari Raya Idul Adha secara serentak," katanya. Kendati begitu, Adib menekankan untuk menunggu hasil Sidang Isbat.
Sidang Isbat tersebut mengundang Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kemenag.
Alur sidang Isbat awal Zulhijah dimulai dengan seminar secara hibrid terkait kriteria penetapan awal bulan Hijriyah. Seminar diikuti perwakilan ormas Islam dan para tamu undangan.
Setelah Magrib, acara dilanjutkan dengan Sidang Isbat secara tertutup. Hasil sidang isbat diumumkan melalui konferensi pers penetapan awal Zulhijah.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib melaporkan berdasarkan data hilal, pada hari Sidang Isbat nanti, posisi hilal telah melampaui kriteria Imkanur rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Pada 7 Juni 2024 di seluruh wilayah Indonesia ketinggian hilal berada di atas ufuk antara 7 derajat 15,82 menit sampai 10 derajat 41,09 menit dengan sudut elongasi antara 11 derajat 34,83 menit sampai 13 derajat 14,47 menit.
"Hal tersebut sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan MABIMS," kata Adib.
Dalam posisi tersebut, imbuhnya, berdasarkan data dan perhitungan, posisi hilal sudah berada di atas kriteria Imkanur rukyat.
Secara astronomis, pada 7 Juni 2024 hilal diperkirakan dapat terlihat di beberapa wilayah di Indonesia. Tinggal nanti bergantung dengan cuaca setempat.
Adib menambahkan hasil perhitungan Imkanur rukyat ataupun Wujudul Hilal penentuan awal bulan Zulhijah berpotensi memiliki kesamaan.
"Sehingga di tahun ini umat Muslim di Indonesia diperkirakan dapat merayakan Hari Raya Idul Adha secara serentak," katanya. Kendati begitu, Adib menekankan untuk menunggu hasil Sidang Isbat.