Surabaya (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Timur Ramliyanto menegaskan bahwa literasi digital berupa etika, budaya, skill, dan safety digital itu lebih penting daripada digitalisasi yang hanya bersifat teknis.
"Digitalisasi secara teknologi itu memang hanya teknis, tapi kalau etika atau budaya digital atau literasi digital akan membangun ekosistem digital," katanya dalam paparan pada Raker Yayasan Khadijah (YPTSNU) Surabaya, Senin.
Dalam raker yang dihadiri Hj. Masruroh Wahid mewakili Ketua Dewan Pembina YPTSNU Khadijah Surabaya Khofifah Indar Parawansa, ia menjelaskan digitalisasi yang sifatnya teknis justru menjadi mahal, tidak hemat waktu, dan tidak otomatisasi (merepotkan).
"Kalau digitalisasi malah menjadi berbiaya mahal, tidak hemat waktu, tidak terjadi otomatisasi atau malah merepotkan berarti digitalisasi yang ada belum membangun ekosistem digital," katanya dalam raker bertema Ekosistem Pendidikan Berbasis Teknologi Digital.
Bahkan, ada kepala sekolah (kepsek) yang mencari hacker/peretas Unas (ujian nasional) yang canggih, agar nilai siswanya bisa tinggi dan nama sekolahnya menjadi bagus, maka hal itu berarti belum ada ekosistem digital, baik etika, budaya, skill, dan safety.
"Itulah tantangan atau persoalan kita dalam digitalisasi atau literasi digital. Kalau teknologi itu bisa menggantikan peran guru, tapi tidak ada teknologi yang bisa menggantikan ilmu guru yang sifatnya skill/ketrampilan sekaligus etik," katanya.
Hal itu didukung Wakil Ketua Dewan Pembina YPTSNU Khadijah Surabaya Hj Masruroh Wahid yang mewakili Khofifah. "Era kita memang berbeda, tapi era digital memang harus diikuti, hanya saja misi harus tetap," katanya.
Masruroh Wahid yang juga Ketua PW Muslimat NU Jatim itu menilai pendidikan berbasis teknologi digital itu penting, tapi jangan melupakan basis agama.
"Islam mengajarkan kita agar jangan meninggalkan anak-anak yang mengkhawatirkan. Maksudnya, transfer knowledge ala pendidikan barat itu boleh, tapi nggak ada transfer value/nilai atau ketakwaan kepada Allah dan orang tua harus tetap mendasari," katanya.
Dalam acara yang juga dihadiri pembina lainnya Prof. DR. KH. Ridlwan Nasir, MA., dan Prof. DR. KH. Ali Aziz, M.Ag., itu, ia menambahkan ilmu pengetahuan ala Barat itu sebenarnya juga tercetus dari Islam, seperti ilmu matematika.