Kabupaten Serang, Banten (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyebut sosok Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai transmitter, yakni penyambung maksud dan pemahaman para ulama agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Beliau juga adalah menurut saya seorang transmitter. Transmitter itu penyambung dari ulama-ulama terdahulu kepada ulama berikutnya. Beliau (berperan) sebagai penyambung sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau juga bisa memahami secara salah apa yang diucapkan oleh para ulama terdahulu itu melalui syarah-syarah beliau itu," kata Wapres pada acara Haul ke-131 Syekh Nawawi Al-Bantani di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (3/5) malam.
Syekh Nawawi Al-Bantani, pemilik nama lengkap Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil Al-Bantani Al-Jawi merupakan salah satu ulama ternama di tanah air yang lahir di sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa (sekarang Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang pada 1230 Hijriah atau 1815 Masehi.
Baca juga: Piala Asia U-23 : Wapres optimistis Timnas Indonesia bisa kalahkan Irak
Wapres pun menganalogikan seorang transmitter, yakni transmisi yang menjadi penyambung arus listrik sebelum akhirnya sampai pada gardu listrik. Tanpa keberadaan transmisi, arus listrik yang tidak teratur dapat menyebabkan kebakaran di gardu listrik. Analogi tersebut selaras dengan peran Syekh Nawawi sebagai penyambung pemahaman para ulama.
“Ilmu-ilmu besar para ulama kalau tidak ditransmisi, itu nanti bisa salah paham. Karena itu, banyak orang tidak memahami apa yang disampaikan oleh para ulama terdahulu sehingga kadang-kadang menghujat ulama terdahulu karena tidak paham," ujar Wapres.
Salah satu bentuk upaya menyambung pemahaman para ulama yang dilakukan oleh Syekh Nawawi, ungkap Wapres, yaitu menerangkan isyarat penyerahan diri dalam ilmu tasawuf. Penyerahan yang dimaksud bukan penyerahan secara lahir, melainkan penyerahan diri secara batin.
"Syekh Nawawi mengatakan yang dimaksud bukan penyerahan secara lahir sehingga tidak berbuat apa-apa. Yang dimaksud oleh para tasawuf itu penyerahan secara batinnya, sehingga tidak menimbulkan dia menjadi orang yang tidak mengerjakan apa-apa kemudian menyerah saja. Secara lahir dia ikhtiar, tetapi secara batin dia pasrah kepada Allah SWT," tuturnya.
Wapres juga menyebutkan peran transmitter Syekh Nawawi lainnya, yakni mengenai ayat Al-Quran yang mengimbau orang-orang untuk bersiap-siap menghadapi perang.
Syekh Nawawi menafsirkan perang sebagai bahaya sehingga apa pun yang dinilai sebagai bahaya perlu diwaspadai, seperti halnya ancaman kesehatan dari wabah COVID-19 beberapa tahun lalu.
"Ayat ini juga menunjukkan wajibnya kita bersiap diri, berantisipasi terhadap setiap bahaya yang diduga akan datang," katanya.
Diketahui, Syekh Nawawi dikenal sebagai sosok ulama yang kaya akan ilmu pengetahuan dan mampu menuangkan pemahamannya ke dalam berbagai karya. Hal itu yang juga menjadikannya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, terutama di negara-negara Timur Tengah.
Selain itu, banyak dari karyanya yang sampai saat ini masih dijadikan sebagai sumber rujukan, bahan penelitian, dan lain sebagainya.
"Dan karangannya ada yang dijadikan bahan-bahan tesis. Artinya, itu untuk mendapatkan gelar sarjana S2, salah seorang anak kita membuat tesis S2 di Kanada mengomentari tentang pemahaman tasawuf Syekh Nawawi," ungkap Wapres.
Turut hadir para acara haul Syekh Nawawi, yakni Pj. Gubernur Banten Al Muktabar, Kepala Kejaksaan Tinggi Banten Didik Farkhan Alisyahdi, dan ulama muda dari Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur K.H. Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar).
Sementara, Wapres didampingi Wury Ma'ruf Amin, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono W. S., Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi dan Imam Azis serta Tim Ahli Wapres Farhat Brachma.