Banyuwangi (ANTARA) -
Operasional Tambang Emas Tujuh Bukit oleh PT Bumi Sukesindo (BSI) di Banyuwangi, Jawa Timur sedang menyiapkan perubahan sistem pertambangan dari
open pit atau pertambangan terbuka menjadi pertambangan bawah tanah.
General Manager of Operations PT BSI Roelly Franza di Banyuwangi, Jumat, mengatakan izin produksi Tambang Tujuh Bukit sebenarnya sudah berakhir pada 2022, kemudian memperpanjang operasional hingga 2027 dengan menemukan cadangan baru.
''Tapi sistem pertambangan terbuka memang tak bisa terlalu banyak, karena lokasi tambang sangat dekat dengan masyarakat lokal. Kami tak bisa sembarang membuka pit (lokasi tambang pengerukan mineral),'' katanya.
Ia mengatakan, salah satu upaya eksplorasi bawah tanah berhasil menemukan cadangan tembaga profiri. Cadangan tersebut diakui bisa membuat operasional tambang bisa bertambah bahkan lebih dari 25 tahun, apalagi saat ini komoditas tembaga sedang dicari seiring pertumbuhan industri elektronik dan mobil listrik.
Namun, pihaknya merasa bahwa penambangan tembaga berarti pihaknya harus mengubah sistem. Dari pertambangan terbuka menjadi pertambangan bawah tanah.
Saat ini pihaknya sedang melakukan studi kelayakan apakah nanti sistem tersebut aman dari sisi teknologi, keekonomian, lingkungan, dan masyarakat.
"Target kami studinya selesai 2028. Sehingga tak lama setelah izin pertambangan terbuka selesai bisa produksi tembaga," katanya.
Heap Leach Operation Head BSI Hariadhi Anjar Kusuma menjelaskan, produksi emas di tambang di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, itu memang makin menipis.
Tahun lalu, pihaknya mencatatkan produksi 129 ribu ounces emas. Jika dibandingkan dengan capaian 2022 sebanyak 125 ribu ounces, perusahaan yang di bawah naungan Merdeka Copper and Gold itu masih mencatatkan pertumbuhan.
''Tapi, tahun ini kami memproyeksi produksi emas turun menjadi 121 ribu ounces. Karena tambang dengan sistem open pit memang bakal makin susah semakin dalam lapisan tanah yang kami gali,'' katanya.
Anjar mengatakan penurunan produksi dikarenakan kadar emas yang didapat dari ore makin menurun. Awal operasi 2017 silam, pihaknya bisa mendapatkan 3-4 gram emas dari pengolahan 1 ton ore. Namun, kini rata-rata emas yang didapat dari 1 ton ore hanya mencapai 0,8 gram.
''Untuk solusi sementara, mungkin kami bisa menambah pad heap leach ke empat. Tapi, hakikatnya emas pasti makin jarang semakin dalam lapisannya,'' katanya.
Dia mengatakan masa transisi penting untung memperpanjang operasional tambang dengan 1.474 pekerja itu. Dalam rencana masa depannya, pihaknya harus mengubah sistem pertambangan menjadi bawah tanah.
Dengan perubahan sistem tersebut, otomatis perusahaan bakal fokus untuk menambang tembaga. Emas dan perak hanya akan menjadi produk sampingan.
Sementara itu, Induk usaha BSI, PT Merdeka Copper Gold Tbk, mencatat hasil kinerja positif tahun lalu. Pada 2023, produksi emas MDKA tercatat naik di angka 138.666 ounces dengan total biaya tunai 842 dolar AS per ounces dan harga jual 1,939 dolar AS per ounces. Produksi tersebut naik dibandingkan dengan produksi di 2022 dengan jumlah 125.133 ounces.
Produksi Tembaga sepanjang 2023 dari Tambang Tembaga Wetar yang dikelola PT BKP-BTR, tercatat mencapai 12.706 ton dengan total biaya tunai 3,74 dolar AS per pounds dengn rerata harga jual 8.578 dolar AS per ton.
Di sektor nikel, anak perusahaan Merdeka lainnya, PT Merdeka Battery Materials, Tbk (MBMA) mencatat produksi nikel
full year tercatat sebesar 95.450 ton. Terdiri dari 65.117 ton nikel dalam NPI (Nickel Pig Iron) dan 30.333 ton nikel dalam Nickel Matte.
Angka itu dicapai seiring peningkatan kapasitas dari 3 fasilitas pengolahan RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace).
Saat ini MBMA terus mengembangkan fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP). Fasilitas ini diperkirakan akan mulai dioperasikan pada akhir tahun 2024.