Oleh Louis Rika Stevani Madiun - Malam telah larut, jarum jam telah menunjuk di angka 11 (23.00 WIB) lebih, namun Mbah Basri (72) masih terjaga. Tubuh kecilnya yang terbalut kain sarung, berusaha menghalau hawa dingin seusai hujan deras yang mengguyur Kota Madiun dan sekitarnya. Ditemani secangkir kopi dan iringan gending Jawa dari radio berukuran kecil yang setia berada di sampingnya, pria lansia ini begadang menjaga kambing-kambing dagangannya hingga fajar kembali tiba. "Setiap malam, sejak jualan kambing untuk keperluan kurban sepekan lalu, saya selalu begadang menjagai kambing-kambing tersebut. Biar bau, mereka adalah penyambung hidup saya," ujar dia sambil terkekeh. Berkutat dengan kambing bukan hal baru lagi bagi Mbah Basri. Mbah Basri merupakan satu dari beberapa warga Kota Madiun yang masih setia dengan pekerjaannya sebagai peternak kambing. Jika sedang tidak musim berkurban, ia biasanya mengurus sejumlah kambingnya di rumah yang beralamatkan di Jalan Rawa Bakti Nomor 43, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim). Namun, sejak tanggal 20 Oktober lalu, rumahnya seakan pindah ke Jalan D.I Panjaitan Kota Madiun. Tiap tahun, jelang perayaan Hari Raya Idul Adha, ia selalu menggunakan tanah kosong di jalan tersebut untuk berjualan kambing kurban. Hal ini sudah ia geluti sejak tahun 1987, disela kesehariannya sendiri sebagai peternak kambing. Sejak berjualan kambing secara dadakan, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat jualannya tersebut. Ia pulang jika untuk mandi, selain itu, hampir semuanya ia lakukan di kandang darurat untuk menjaga dan merawat kambing dagangannya agar tidak sampai sakit dan layak untuk kurban. Dengan telaten ayah empat anak ini merawat kambingnya. Kambing-kambing itu, ditambatkannya di tiang pancangan pendek yang terbuat dari bambu. Mbah Basri juga memasang atap buatan dari terpal untuk menutupi kambingnya dari hujan dan panas. Selain itu, ia juga menjaga kadang buatannya agar tetap kering dengan membuat saluran air tersendiri. Ia tidak sendiri, ada saudaranya yang siap membantu. Selain bertugas untuk kulakan ke luar kota, saudaranya ini juga membantu memberikan pakan ternak dan secara bergantian begadang menjaga kambing dagangan. "Tahun ini lebih ramai jika dibandingkan dengan musim kurban pada tahun sebelumnya. Sejauh ini, saya sudah menjual hingga 80 ekor kambing. Sedangkan pada musim kurban tahun 2010, hanya laku sebanyak 60 ekor kambing," paparnya, lirih. Ia mengaku tidak tahu pasti apa penyebab kenaikan permintaan kambing tersebut. Yang pasti, Mbah Basri merasa bersyukur atas keuntungan yang ia raih. "Saya sudah memiliki langganan. Setiap tahun mereka pasti balik lagi ke sini untuk membeli kambing. Selain dari pelanggan, banyak juga pembeli baru yang meborong, mereka berasal dari kantor ataupun perorangan," kata dia. Kambing yang laku kebanyakan merupakan kambing Jawa. Selain itu, ada juga kambing peranakan etawa dan ada juga domba. Kambing-kambing tersebut didatangkan dari Ponorogo. Ia sengaja kulakan dari sana, karena selain harga kulakannya lebih murah, kambing-kambing dari Ponorogo ini lebih sehat, besar, dan pantas untuk hewan kurban. "Dari Ponorogo harga kulakan saya sekitar Rp1,1 juta hingga Rp1,3 juta. Di sini saya jual bervariasi antara Rp1,5 juta hingga Rp2,1 juta, tergantung jenis dan besarnya kambing," terangnya. Pihaknya menjamin kambing-kambing yang dijualnya dalam keadaan layak dikurbankan. Hal ini seperti diungkapkan saat pentugas kesehatan hewan dari dinas terkait bertandang ke tempat penjualannya. "Hasilnya bagus dan kambing-kambing saya tidak ada yang disuntik karena memang sudah sehat. Saya bersyukur tahun ini lebih baik dari sebelumnya," ungkapnya. Hal yang sama diungkapkan oleh pedagang kambing kurban dadakan lainnya di kawasan jalan yang sama, Kasirin. Pihaknya mengaku meraup untung pada hari-hari mendekati Idul Adha seperti sekarang ini. "Sebelumnya penjualan memang sempat menurun. Tapi, pada dua hari jelang Idul Adha, yang nyari kambing mulai ramai. Ini saja saya sudah menjual hingga 40 ekor kambing," ujarnya senang. Kambing kurban yang dijualnya didatangkan dari daerah Dungus, Kabupaten Madiun. Kambing-kambing tersebut ia jual dengan harga berkisar Rp1 juta hingga Rp1,7 juta per ekor tergantung ukuran kambingnya. Setiap kambing yang terjual, ia mengambil keuntungan Rp50 ribu hingga R100 ribu. Selain menjual kambing kurban, rata-rata pedagang kambing kurban dadakan di kawasan Jalan Panjaitan ini juga menyediakan jasa perawatan dan penitipan kambing hingga waktu penyembelihan tiba. Para pedagang ini tidak memasang tarif untuk jasa perawatan tersebut. "Bagi pembeli yang menitipkan kambingnya tidak dipungut biaya. Itu bonus karena sudah membeli kambing di tempat kami. Terkadang memang ada beberapa pembeli yang menitipkan kambingnya hingga hari Idul Adha tiba," papar Kasirin. Diawasi Ketat Tingginya mobilitas hewan ternak yang masuk ke wilayah Kota Madiun membuat Dinas Pertanian setempat waspada. Hal ini guna mencegah hewan ternak untuk kurban terjangkit penyakit yang membahayakan bagi manusia. Hasil pemeriksaan kesehatan hewan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Kota Madiun, masih banyak ditemukan hewan kurban yang sakit mata, kulit, dan demam tiga hari atau "BEF". "Hasil tersebut kami peroleh setelah melakukan pemeriksaan kesehatan hewan di 13 titik tempat penjualan hewan kurban dadakan yang ada di Kota Madiun," ujar Kasie Kesehatan Hewan, Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kota Madiun, Sanan. Meski demikian, pihaknya belum pernah menemukan penyakit hewan ternak yang membahayakan seperti antraks di wilayahnya. Sejauh ini gangguan kesehatan yang ditemukan terhadap ternak tersebut masih dalam tahap normal. Sanan menyatakan, pemeriksaan hewan ini akan dilakukan setiap hari hingga pelaksanaan hari kurban mendatang. Dan pada saat hari kurban nanti, timnya juga akan mendatangi ke sejumlah masjid dan tempat-tempat yang ditunjuk untuk pembagian daging kurban, guna memeriksa kesehatan bagian dalam dari hewan kurban yang disembelih. "Hal ini untuk mengetahui kesehatan daging hewan kurban yang akan dibagikan ke masyarakat. Sehingga masyarakat juga aman untuk mengonsumsinya," papar Sanan. Pengawasan ketat juga dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun. Petugas Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan dan Perikanan setempat masih menemukan hewan kurban berpenyakit di wilayahnya dan meminta agar tidak diperjualbelikan. "Hasil pemeriksaan kami di sejumlah tempat penjualan hewan kurban dadakan, masih ditemukan beberapa hewan ternak yang berpenyakit. Meski tidak berbahaya, namun kami meminta kepada pedagang untuk tidak menjualnya," ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun, Santoso. Dari hasil pemeriksaan, diperoleh sedikitnya 17 ekor kambing dan satu ekor sapi yang terserang penyakit. Rata-rata penyakit tersebut adalah penyakit kulit dan mata. "Kami sengaja menganjurkan untuk tidak diperjualbelikan karena bagaimanapun hewan ternak yang akan dikurbankan harus berkondisi sehat dan bersih," tutur Santoso. Meski ditemukan sejumlah berpenyakit, pihaknya menyatakan secara umum hewan kurban yang berada di wilayah Kabupaten Madiun dalam keadaan layak dikurbankan. Sejauh ini tidak ditemukan adanya sebaran penyakit hewan ternak berbahaya seperti antraks. Pihaknya juga ketat mengawasi asal usul hewan kurban yang diperjualbelikan di tempat penjualan dadakan. Hal ini guna mewaspadai masuknya hewan ternak dari daerah Jawa Tengah yang sebelumnya marak terjangkit antraks. "Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur saat ini masih memberlakukan pelarangan ternak asal Jawa Tengah masuk ke Jawa Timur. Hal ini guna mencegah penularan penyakit antraks. Setiap ternak yang dijual harus ada surat jalan dan sehatnya," ujar Santoso, menegaskan. Selain memeriksa kesehatan hewan kurban, pihaknya juga memberikan sosialisasi kepada para pedagang dan peternak untuk menjaga kesehatan hewannya. Di antaranya dengan memperhatikan kebersihan kandang dan makanan ternak. Bagi kandang yang dibangun di tempat penjualan hewan kurban dadakan, diharapkan membangun saluran air darurat agar kandang tetap kering dan tidak lembab. Sebab, kelembaban juga dapat memicu terjangkitnya penyakit pada ternak. Pihaknya juga menghimbau pada masyarakat untuk teliti saat membeli hewan kurban. Santoso menerangkan, kondisi hewan yang sehat, memiliki ciri-ciri bulunya halus, bola mata bersih, dan nafsu makan baik. Ia menambahkan, diperkirakan jumlah penjualan hewan kurban yang ada di wilayah Kabupaten Madiun tahun ini akan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk tahun lalu, hewan kurban sapi mencapai 659 ekor, pada tahun ini diperkirakan naik menjadi sekitar 809 ekor. Sedangkan untuk kambing, pada tahun lalu sebanyak 9.322 ekor dan tahun ini diperkirakan akan bertambah hingga 500 ekor dari sebelumnya. Kenaikan penjualan hewan kurban tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan ibadah serta meningkatnya perekonomian warga Kabupaten Madiun dan sekitarnya.(*) (ik_paijo@yahoo.co.id)
Mbah Basri Rela Begadang Demi Kambing Dagangannya
Sabtu, 5 November 2011 12:11 WIB