Hal itu diungkapkan Agung kepada wartawan setelah acara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas) dan Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI AU (Dankodiklatau) yang digelar di taxiway echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat.
"Untuk Super Tucano saat ini hampir semua bangkai pesawat sudah bisa diambil, tetapi (investigasi) perlu pendalaman lebih lanjut mengenai penyebab kecelakaan,” ujarnya.
Agung juga menyebutkan bahwa TNI AU sudah membentuk tim investigasi yang nantinya akan bertugas untuk melakukan pemeriksaan secara fisik dan melihat instrumen lainnya, seperti flight data recorder.
Baca juga: Evakuasi pesawat Super Tucano memakan waktu sebulan
Ia mengakui proses investigasi kecelakaan pesawat Super Tucano ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama dan masih belum diketahui kapan investigasi ini akan berakhir.
“Batas waktu belum, saya belum melihat, karena tergantung penyelidikannya. Bila materi banyak tentu akan memerlukan waktu,” sambung Agung.
Saat dimintai tanggapannya terkait rencana pelibatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kadispenau mengungkap TNI AU masih akan melihat perkembangan proses investigasi.
"Sesuai arahan dari Bapak KSAU, kita akan melibatkan pihak-pihak lain jika diperlukan. Saat ini belum ada pelibatan langsung dengan KNKT. Namun, jika nanti perlu bantuannya, tentu kita akan minta bantuan kepada KNKT,” pungkas Agung.
Sebanyak dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano TNI AU jatuh di lereng Gunung Bromo, kawasan Taman Nasional Gunung Bromo, Tengger, Semeru, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11), saat awaknya menjalani sesi profisiensi latihan formasi bersama dua pesawat tempur Super Tucano lainnya.
Lokasi jatuh dua pesawat itu berupa medan terjal dan berbukit. Tim investigasi dari Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang Kerja TNI AU (Puslaiklambangjaau) bersama Skadron Teknik (Skatek) Lanud Abdulrachman Saleh Malang berhasil tiba lokasi pada Jumat (17/11).
Insiden jatuh dua pesawat itu, yang masing-masing bernomor registrasi TT-3111 dan TT-3103, menyebabkan empat awak gugur, yakni Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya, Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan, dan Letkol Pnb (Anumerta) Yuda A Seta.