Dinas Peternakan Trenggalek Perketat Masuknya Ternak Luar
Sabtu, 29 Oktober 2011 16:41 WIB
Trenggalek - Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, memperketat pengawasan terhadap peredaran ternak sapi dan kambing dari luar daerah yang masuk ke wilayah tersebut yang dikhawatirkan sebagai pembawa penyakit.
"Untuk ternak dari luar daerah, khususnya dari daerah Jawa Tengah memang kami batasi," kata Kabid Kesehatan Hewan Disnak Trenggalek, Dwi Setyadmaji, Sabtu.
Menurut dia, kebijakan tersebut sebenarnya sudah lima tahun terakhir diberlakukan Dinas Peternakan Trenggalek dan daerah lain di Jatim sejak ditemukan virus anthrax di daerah itu.
Selain itu, penolakan terhadap pasokan ternak dari Jawa Tengah juga mengikuti kebijakan pemerintah provinsi yang menyatakan seluruh wilayah ataupun jalur perbatasan Jatim tertutup bagi lintas-batas arus ternak dari daerah tetangga itu.
"Kalaupun ada sapi dari Jawa Tengah yang masuk, kami akan pertanyakan apakah sudah dilengkapi surat keterangan kesehatan ternak (SKKT) dari dinas setempat (provinsi) atau tidak. Kalau ada, kami masih akan klarifikasi dulu ke dinas bersangkutan apakah SKKT yang dibawa peternak/pedagang benar dikeluarkan atau tidak," katanya.
Sekretaris Dinas Peternakan Trenggalek, Joko Setiyono, mengemukakan, persediaan ternak di daerahnya cukup besar. Berdasar hasil survei Badan Pusat Statistik, populasi sapi potong di Kabupaten Trenggalek hingga akhir Juni 2011 sebanyak 42.905 ekor.
Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang tercatat sebanyak 26.363 ekor.
"Untuk sapi perah jumlahnya justru berkurang. Tahun lalu, Dinas Peternakan mencatat ada sebanyak 6.748 ekor, sekarang tinggal 5.681 ekor, sedangkan populasi kerbau turun dari 532 ekor menjadi 214 ekor," katanya.
Dengan jumlah itu, kata Joko, Kabupaten Trenggalek mampu mengirim ternak ke luar daerah, seperti Jakarta, Bandung serta kota-kota besar lain di luar Jawa.
"Sedangkan jumlah kambing lebuh banyak meskipun kami tidak pernah menghitung. Yang pasti jauh lebih banyak ketimbang populasi sapi, karena kambing ini paling banyak yang 'diekspor'," katanya. (*)