Ponorogo, Jatim (ANTARA) - Permintaan air bersih masyarakat di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bekiring, Ponorogo, Jawa Timur, pada musim kemarau satu hingga dua bulan ini, mencapai 600 ribu liter per hari atau jauh meningkat sebelumnya sebanyak kurang dari 200 ribu liter per hari.
"Ada peningkatan volume permintaan cukup signifikan dalam kurun dua bulan terakhir," kata Pembina BUMDes Bekiring, Agus Santoso di Ponorogo, Senin.
Desa Bekiring merupakan salah satu desa di kaki Gunung Wilis yang menyediakan air bersih melimpah.
Penjualan air bersih yang bersumber di kaki/lereng Gunung Wilis ini dikelola oleh BUMDes Bekiring.
Banyak truk tangki dari berbagai tempat, baik yang beroperasi di lingkup Ponorogo maupun luar daerah seperti Trenggalek, Madiun, Magetan hingga Kediri dan Blitar yang datang untuk membeli air bersih di sentra usaha layanan milik desa ini.
Baca juga: Resmikan 16 titik air bersih, Menhan upayakan solusi atasi kekeringan
Ia mengatakan, permintaan hingga 600 ribu liter itu ada yang ke pelanggan tetap, tetapi ada juga untuk keperluan bantuan air bersih bagi daerah yang mengalami kekeringan.
Ia mengaku, BUMDes yang didirikan pada 2018 tersebut sempat mengalami kewalahan dalam pendistribusian air bersih.
Hal itu karena dalam sehari ada lebih dari 15 mobil tanki air yang lalu lalang mengisi di stasiun air milik desa tersebut.
"Tempat pengisian air ini milik desa, jadi kita kelola lewat BUMDes. Kita dirikan awal pada 2018, tapi belum maksimal, terus di akhir-akhir tahun ini kita maksimalkan," katanya.
Stabil
Pihaknya juga mengatakan sejak awal musim kemarau yang terjadi pada pertengahan tahun ini, air bersih yang bersumber dari kaki Gunung Wilis tersebut selalu stabil.
Selain itu, kualitas air yang dikeluarkan juga sama sama jernihnya dengan sumber mata air pada umumnya.
"Kalau debit airnya saya kira cukup, airnya juga bersih jernih dan deras," katanya.
Agus juga menambahkan, melimpahnya air di desanya tersebut karena oleh dipengaruhi faktor geografis yakni selain berada di ketinggian, juga terjaganya hutan.
Dia mengklaim reboisasi dilaksanakan rutin tiap tahun guna melestarikan mata air.
"Air tidak habis walaupun diambil terus-terusan di musim kemarau. Karena memang wilayahnya masih asri," katanya.
Sementara salah satu sopir truk tangki air bersih mengatakan, dikarenakan permintaan membludak, tiap hari dirinya mengisi air bersih hingga sebanyak lima kali pengisian.
Untuk sekali pesanan air, dirinya mendapatkan hasil Rp350 ribu hingga Rp500 ribu untuk kapasitas tanki air delapan ribu liter, nominal tersebut juga tergantung jarak dan medan lokasi permintaan air.
"Kalau malam itu permintaan bukan isi ulang, tapi kekeringan, tapi kalau pagi sampe sore isi ulang, kirimnya sampai Trenggalek, Wonogiri dan Parang Magetan," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Musim kemarau, permintaan air bersih di Ponorogo capai 600 ribu liter