Surabaya (ANTARA) - Kota Surabaya berjuluk Kota Pahlawan. Jejak sejarah perjuangan pada pertempuran 10 November 1945 telah terukir pada jati diri kota ini.
Pada 10 November 1951, Tugu Pahlawan didirikan di pusat Kota Surabaya, sebagai bentuk manifestasi dari perjuangan Arek-Arek Suroboyo. Lokasinya di Jalan Pahlawan Surabaya.
Pada 10 November 1991 mulai dibangun Museum Sepuluh November dengan luas 1.366 meter persegi pada kedalaman 7 meter di bawah permukaan tanah di area kompleks Tugu Pahlawan.
Tujuannya untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan serta melengkapi fasilitas sejarahnya dan diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden RI saat itu, KH. Abdurrahman Wachid (Gus Dur).
Nilai sejarah yang dikandung oleh lokasi ini, dapat dirasakan oleh pengunjung sebelum memasuki museum. Patung para pahlawan, ukiran peristiwa bersejarah, serta kendaraan dan senjata masa lampau, semakin mempertebal nuansa perjuangan bagi para pengunjung.
Pada pintu masuk museum, pengunjung wajib mengisi data diri secara daring. Setelah itu, pengunjung dapat membeli tiket di loket pembelian.
Sebelum masuk, di dekat pintu menuju museum sisi kiri, mata pengunjung akan tertuju pada mobil lawas milik Bung Tomo merk "Opel Kapitan" yang dibuat tahun 1956 buatan Jerman.
Harga tiket masuk museum ini sebesar Rp8.000 untuk pengunjung dewasa, dan Rp3.000 untuk mahasiswa. Sedangkan, untuk para pelajar tidak dipatok biaya apapun.
Di dalam museum terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi pengunjung, yaitu dilarang merokok, dilarang menyentuh dan merusak barang bersejarah serta hiasan, dilarang mencoret-coret, dilarang membuang sampah sembarangan, serta dilarang makan dan minum di dalam museum.
Museum Sepuluh November dibagi menjadi dua lantai, dan tiap lantai dibagi menjadi beberapa zona. Pada lantai pertama, berfokus pada situasi pertempuran dan keadaan Kota Surabaya pada masa proklamasi.
Di lantai ini terdapat ruang diorama elektronik yang memutarkan film dan video berisi peristiwa bersejarah di Indonesia.
Lantai dua berisi hiasan dan barang bersejarah berupa senjata pasukan Belanda, Arek-arek Suroboyo, serta peralatan medis yang digunakan oleh tenaga medis kala itu. Seperti lantai satu, terdapat pula ruang Diorama Statis dan Diorama Dapur Umum.
Lantunan lagu nasional yang dimainkan seakan mengiringi langkah para pengunjung untuk semakin khidmat mempelajari sejarah Kota Pahlawan.
Tatanan dari beragam ornamen, fasilitas dan barang bersejarah yang runtut dan memanjakan mata semakin mempertebal suasana bersejarah di museum ini.