Kediri (ANTARA) - Pengadilan Negeri Kota Kediri, Jawa Timur, menangani delapan kasus asusila terhadap anak di bawah umur selama 2022 yang mayoritas korbannya adalah perempuan.
"Kalau tahun 2022 ada delapan perkara, karena menyangkut kesusilaan jadi tidak kami publikasikan. Pokoknya di Kota Kediri," kata Ketua Pengadilan Negeri Kediri Maulia Martwenty Ine di Kediri, Senin.
Ia mengatakan, dalam perkara tersebut pelaku juga dari berbagai macam latar belakang baik pendidik, keluarga dekat, hingga kekasih korban.
Pihaknya memberikan apresiasi program di PKK Kota Kediri dengan sekolah bagi perempuan bekal tantangan hidup di masa depan nanti (Selimut Hati), karena bisa memberikan edukasi terlebih lagi kepada remaja putri.
Dengan edukasi itu, diharapkan bisa sebagai bekal dan ditularkan kepada rekannya yang lain agar berhati-hati agar bergaul.
"Kami edukasi remaja putri, karena kebanyakan korban yang tahun lalu di bawah umur dan semua perempuan," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kediri Fery Silvana Feronica prihatin dengan masih adanya kejadian yang menimpa perempuan, apalagi korbannya masih di bawah umur.
Pihaknya juga mempunyai program sekolah yakni Selimut Hati, dengan sasaran utama perempuan termasuk remaja.
"Ini program di PKK. Dengan sekolah ini, yang muatan kurikulumnya spesifik tentang hukum-hukum tindak pidana kekerasan seksual, hak perempuan, psikologi, kesehatan reproduksi itu semua menjadi satu rangkaian kurikulum yang bisa membuat perempuan berdaya dan punya ilmu," kata Bu Fey, sapaan akrabnya.
Ia berharap dengan program Selimut Hati tersebut perempuan terutama remaja mempunyai bekal dan tidak terjerumus ke hal yang negatif pada dirinya seperti menjadi korban kekerasan.
Pihaknya juga mengadakan edukasi dalam program Selimut Hati tersebut dengan peserta remaja putri. Mereka diberi edukasi misalnya mempertimbangkan untuk tidak buru-buru menikah sampai harus mengajukan dispensasi.
"Fokus target audiens kami remaja putri. Kami bicara, jangan buru-buru menikah sampai pengajuan dispensasi, karena bekal yang dibutuhkan di pernikahan tidak segampang yang dibayangkan. Kalau psikologis, emosinya tidak matang akan hadapi kesulitan di sana," kata dia.