Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Sektor (Polsek) Genteng Polrestabes Surabaya Iptu Djoko Soesanto, saat ditemui ANTARA di lokasi, Selasa, mengatakan kegiatan identifikasi di Makam Belanda Peneleh berdasarkan laporan dari komunitas pemerhati sejarah Begandring yang menemukan tulang saat melakukan tur wisata sejarah saat Festival Peneleh.
"Dari komunitas Begandring melaporkan ke kami kalau menemukan kerangka di Makam Belanda ini, yang ditakutkan adalah tulang belulang tersebut hasil dari kejahatan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya bersama tim INAFIS melakukan identifikasi atas temuan kerangka manusia tersebut.
"Tadi yang kami temukan berupa kerangka kepala, dan beberapa kerangka yang terlihat seperti struktur manusia di dalam makam itu," ucapnya.
Dari hasil identifikasi tersebut, pihaknya menyimpulkan bahwa dipastikan bukan merupakan korban tindak kejahatan melainkan kerangka asli dari makam tersebut.
"Setelah kami lakukan identifikasi bersama Tim INAFIS Polrestabes Surabaya, kami dapat disimpulkan memang tulang lama, bukan tulang baru karena tidak ada indikasi yang mengarahkan ke tulang baru," ucapnya.
Iptu Djoko berpesan, untuk ke depannya, pihak Begandring sebaiknya melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menindaklanjuti temuan kerangka tersebut.
"Baiknya ada koordinasi lanjutan untuk temuan ini karena memang Makam Belanda merupakan kawasan yang sangat bersejarah yang perlu dijaga," tuturnya.
Sementara itu, salah seorang anggota komunitas Begandring Nanang Purwanto menjelaskan bahwa penemuan kerangka tersebut ditemukan dengan nomor registrasi B 1143 atas nama Maria van den Bolck.
"Jika dihitung dari kematiannya yang terdata di aplikasi, sudah 130 tahun. Maria van den Bolck meninggal pada 1 Juli 1888, kami menemukannya kemarin saat festival Peneleh pada 8 Juli 2023," ujarnya.
Menurut dia, tidak hanya berdasarkan aplikasi saja, namun pihaknya juga mencocokkan dengan peta makam untuk mencari nomor registrasi dan letak koordinat yang tepat.
"Di makam itu kan tidak ada nama dan nomor registrasi, jadi kami melihat di sebelah kanan kirinya nomor berapa, setelah itu kami cocokkan dengan peta dan mencari nomor registrasi makam ini, setelah itu baru memasukkan nomor registrasi di aplikasi," ujar Nanang.
Nanang berharap, ke depan kawasan makam tersebut bisa dijadikan sebuah perpustakaan yang dapat dijadikan referensi orang-orang saat era Hindia Belanda.
"Karena banyak sekali yang dimakamkan di sini itu orang-orang berpengaruh di zamannya, ada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus dan ada juga Wakil Direktur Mahkamah Agung Pierre Jean Baptiste de Perez atau P.J.B. de Perez di sini," tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait atas usulan yang dapat menjadikan kawasan Makam Belanda Peneleh sebagai jujukan referensi sejarah.
"Dengan begitu, untuk belajar sejarah di kawasan wisata Peneleh bisa semakin luas dan bagus," katanya.