Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau peserta ibadah haji Indonesia untuk mewaspadai ancaman heat stroke saat prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), mengingat cuaca yang panas di Tanah Suci.
"Jamaah haji perlu mewaspadai heat stroke terutama saat wukuf di Arafah dan di Mina untuk lontar jamrah selama tiga hari," ujar Kepala Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah Tri Atmaja dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Heat stroke adalah kondisi tubuh tidak dapat mengontrol suhu tubuh. Kondisi ini terjadi karena paparan panas dengan suhu tinggi secara langsung sehingga menyebabkan kenaikan suhu inti tubuh hingga lebih dari 40 derajat Celsius.
Tri mengatakan puncak ibadah haji ditandai dengan prosesi Armuzna yang dilaksanakan pada 27 Juni hingga 1 Juli 2023. Cuaca pada saat itu diperkirakan bisa mencapai 44 derajat Celsius pada siang hari.
"Kondisi ini jika tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerusakan organ seperti otak, jantung, dan ginjal," katanya.
Menurutnya, kondisi heat stroke perlu diwaspadai para peserta haji terutama lansia saat berada di Armuzna.
Oleh karena itu ia mengingatkan agar jamaah mengenali beberapa gejala heat stroke, seperti suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat Celsius, kelelahan, kulit panas dan kering.
Baca juga: Sebanyak 209.782 calhaj Indonesia bersiap ikuti prosesi puncak haji
Kemudian denyut nadi dan frekuensi napas meningkat, gangguan neurologis berupa penurunan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, drowsiness (perasaan mengantuk yang kuat), hingga koma.
Atma menjelaskan penanganan heat stroke harus dilakukan sesegera mungkin. Maka, saat jamaah melaksanakan prosesi lontar jamrah di Mina, telah disiagakan tenaga kesehatan yang akan disebar pada jalur menuju Jamarat. Tujuannya jika ditemukan peserta ibadah haji dengan gejala heat stroke dapat segera dilakukan penanganan.
"Hal terpenting dalam penanganan heat stroke adalah penemuan kasus yang cepat dan penanganan sesegera mungkin sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi heat stroke," katanya.
Untuk itu, Atma mengimbau kepada jamaah untuk minum air 200 ml tiap jam dengan perlahan dan jangan tunggu haus. Peserta haji juga disarankan untuk minum satu sachet oralit yang dilarutkan dengan air 200 ml per hari.
Jamaah juga diminta membawa handuk kecil yang nantinya bisa dibasahi dan dikompreskan ke badan untuk mengurangi panas tubuh untuk menghindari terjadinya heatstroke.
"Agar tidak jatuh ke kondisi heatstroke, jamaah haji penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Jangan tunggu haus dan minum air 200 ml tiap jam dengan perlahan," katanya.