Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut siswa dan siswi yang berada di rentang usia sekolah dasar (SD) usia 6-12 tahun merupakan masa ketika anak-anak paling mudah menyarap informasi dan mengembangkan diri mereka.
"Saya ingat betul bagaimana rasanya saat SD dahulu, rasanya kita masih bisa mengingat tahun-tahun terakhir semasa SD. Itu menunjukkan bahwa usia SD merupakan masa-masa formatif bagi tumbuh kembang anak-anak. Tahun-tahun inilah yang membentuk diri seseorang," kata Emil dalam Year 6 Graduation Singapore National Academy, di Sidoarjo, Jumat.
Ia mengatakan bagaimana dinamika sistem belajar mengajar di zamannya bersekolah dahulu dan masa kini sangatlah berbeda terlebih setelah keberadaan Artificial Intelligence (AI) merambah dunia Pendidikan.
"Dulu keadaannya sangat berbeda, kami belum punya gawai seperti hari ini, internet hampir tidak ada, tapi sekarang sebagai Wagub saya mengamati bagaimana ekonomi kita sudah sangat hidup. Banyak pembaruan, ide-ide baru menggantikan ide-ide lama. Dan kecepatan perubahan ini sangat cepat. AI kini pun makin menonjol,” ujarnya.
Sayangnya, kata dia, di dunia pendidikan masa kini AI kerap kali dijadikan cara mudah untuk mengerjakan tugas-tugas rumah.
Kehadiran AI yang diharap dapat mempermudah proses belajar mengajar justru dijadikan jalan pintas untuk menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat. Akibatnya, sekolah hanya berfokus pada mendapatkan nilai terbaik.
Kehadiran AI yang diharap dapat mempermudah proses belajar mengajar justru dijadikan jalan pintas untuk menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat. Akibatnya, sekolah hanya berfokus pada mendapatkan nilai terbaik.
“Di masa depan kita tidak bisa bergantung pada menjadi sukses, pada seberapa banyak kita bisa mengingat, tetapi pada bagaimana kita menulis dan merangkai kalimat, bagaimana kita memecahkan suatu masalah,” ujarnya.
Ia mengatakan, AI ini bisa digunakan untuk mempermudah tugas-tugas tetapi dirinya berharap ini tidak digunakan karena AI tidak membantu belajar bagaimana acara memecahkan permasalahan.
Emil lantas berharap agar siswa dan siswi dapat membangun kesadaran bahwa inti dari pendidikan, apalagi SD, bukanlah mendapatkan nilai terbaik.
Dia mengatakan para siswa dapat mengasah pikiran untuk berkreasi, memecahkan masalah, serta membangun tenggang rasa dengan sesama.
Ia mengungkapkan bahwa human touch dari manusia tidak akan bisa digantikan oleh kepintaran buatan dan pemahaman tenggang rasa adalah dua hal yang harus dipupuk generasi muda Jawa Timur.
“Ada sentuhan manusia yang tidak bisa digantikan oleh AI. Bersekolah tidak sebatas mendapatkan nilai tertinggi, tapi ini momen untuk membangun pertemanan dengan teman-teman, guru, dan semua yang bekerja di sekolah ini. Inilah tempat kita membangun tenggang rasa dan kasih sayang, sesuatu yang tidak dimiliki AI untuk sekarang," tuturnya.
Ia menekankan, masa SD adalah masa untuk mengembangkan sisi kemanusiaan generasi muda Jawa Timur terutama karena intelektual harus dibarengi dengan pendidikan karakter dan kekuatan nalar yang baik.
“Sekarang ini masanya merasakan sisi kemanusiaan kita. Intelektualitas saja tidak cukup. Tetapi logika untuk memahami masalah, untuk mencoba melihat akar dibalik permasalahan kini juga menjadi penting,” katanya.