Kota Probolinggo (ANTARA) - Ramadhan menjadi bulan yang sangat istimewa bagi Muslim karena pada bulan tersebut mempunyai banyak sekali keberkahan dan amalan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya.
Betapa mulianya bulan Ramadhan dan merupakan satu paket dengan Al Quran karena satu-satunya bulan yang disebutkan di dalam Al Quran karena bulan yang dipilih oleh Allah SWT untuk diturunkannya kitab suci umat Islam tersebut.
Dalam bulan tersebut, Allah SWT memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada Muslim untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.
Salah satu amalan yang diperintahkan saat bulan penuh pahala itu adalah membaca Al Quran, sehingga tidak heran semua masjid dan mushalla, bahkan di rumah-rumah terdengar lantunan ayat-ayat suci Al Quran setelah shalat tarawih atau sesudah shalat subuh.
Pada bulan suci Ramadhan yang juga merupakan bulan dimana Al-Quran diturunkan sebagai mukjizat terbesar dan termulia Nabi Muhammad SAW, sehingga tidak heran banyak warga yang berbondong-bondong ke masjid untuk melakukan tadarus usai shalat tarawih.
Seperti yang dilakukan hafiz-hafizah Kota Probolinggo, Jawa Timur, yang membaca Al Quran, namun bukan seperti pada umumnya membaca kitab suci umat Islam berukuran standar karena yang dibaca para penghafal Al Quran adalah Al Quran raksasa yang sangat spesial dalam pembuatannya.
Al Quran raksasa dengan ukuran 1 meter x 1,5 meter itu diberikan Yayasan Pendidikan Ilmu Al Quran Wonosobo kepada Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin pada saat pembukaan Musabaqah Tilawah Quran (MTQ) tingkat Kota Probolinggo ke XXX pada Desember 2022.
Al Quran raksasa itu urutan ke 12 pembuatannya yang ditulis dengan tangan oleh tiga orang dosen Universitas Sain Al Quran (Unsiq) Wonosobo yang dikerjakan selama tujuh bulan, mulai Maret hingga November 2022.
Tidak hanya itu, kertas yang digunakan dalam Al Quran itu merupakan kertas khusus dari percetakan Kudus dan pembuatannya menghabiskan tinta sekitar 20 liter, sehingga total bobot Al Quran mencapai 160 kilogram.
Para penulis kitab suci tersebut juga tidak boleh sembarangan saat menulis karena mereka harus dalam kondisi suci (berwudhu), bahkan penulis juga harus berpuasa saat menggoreskan tinta untuk menulis ayat-ayat suci Al Quran.
Ketua BAZNAS Kota Probolinggo Hakimuddin mengatakan Al Quran raksasa tersebut dibaca oleh puluhan hafiz-hafizah (penghafal Al Quran) dengan metode tartil, sehingga setiap harinya sebanyak 2 jus yang dibaca dalam waktu 1,5 jam, yakni mulai pukul 08.00-09.30 WIB.
Al Quran raksasa itu berada di rumah dinas Wali Kota Probolinggo yang biasa disapa Habib Hadi, sehingga hafiz-hafizah secara bergantian membaca ayat-ayat suci di sana dan khotmil Quran itu disiarkan langsung melalui akun media sosial Pemerintah Kota Probolinggo.
Pada awal khotmil Al-Quran dilakukan Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Ustad KH. Abdul Aziz RM bergantian dengan Ustad Amanal Hoifin dan Ustad H. Yusuf Zainul Anwar.
Khotmil Quran itu disiarkan langsung melalui akun media sosial Pemerintah Kota Probolinggo yang dilaksanakan setiap hari selama Ramadhan dengan melibatkan sebanyak 93 orang hafiz-hafizah di Kota Probolinggo.
"Hafiz-hafizah itu membaca ayat-ayat suci Al Quran raksasa dengan sangat hati-hati per huruf dengan metode tartil karena merupakan pembacaan perdana sekaligus koreksi kitab suci tersebut," katanya.
Bahkan untuk membuka lembaran ayat suci itu harus dibantu oleh dua orang agar lembaran tersebut tidak rusak atau terlipat sesuai dengan pesan dari pihak penulis, penerbit dan Wali Kota Probolinggo agar ekstra berhati-hati saat membuka lembaran Al Quran raksasa itu.
Karena ketika lembarannya itu rusak, maka sulit untuk mendapatkan Al-Quran raksasa yang sangat spesial dalam pembuatannya karena mulai dari kertas dan tulisannya itu tidak bisa sesuai dengan apa yang sudah didapatkan sebelumnya.
Hakimuddin mengatakan bahwa kegiatan membaca Al Quran raksasa tersebut bisa menjadi contoh dan mendorong masyarakat untuk berlomba-lomba memperbanyak bertilawah Al Quran selama bulan Ramadhan agar mendapatkan pahala.
Al Quran yang berukuran besar saja bisa dibaca selama Ramadhan, apalagi Al Quran yang dimiliki oleh masyarakat dengan ukuran standar karena tentu akan lebih mudah dalam membacanya dan lebih cepat selesai membacanya atau khatam.
Pihak BAZNAS juga mendorong agar pembacaan Al Quran raksasa itu memunculkan hafiz-hafizah lebih banyak di Kota Probolinggo dan mendorong masyarakat untuk berkeinginan menjadi penghafal Al Quran.
Hingga pertengahan Ramadhan terbukti jumlah hafiz-hafizah di kota setempat bertambah dari 93 menjadi 98 orang karena para penghafal Al Quran itu berbondong-bondong mendatangi rumah dinas wali kota untuk ikut berpartisipasi, sehingga pihaknya terus mencatat penambahan hafiz-hafizah tersebut.
Dalam pembacaan Al Quran raksasa itu tidak ditemukan adanya kesalahan dalam penulisan, namun hanya perlu disempurnakan seperti titik, harakat yang tidak jelas, dan koreksi kecil yang sifatnya hanya penyempurnaan.
Para hafiz-hafizah yang diberikan amanah membaca perdana Al Quran raksasa itu mengaku sangat bangga bisa membacanya sekaligus mengoreksi kitab suci yang pembuatannya sangat spesial, serta dapat mengoreksi hafalannya secara bersama-sama.
Kenalkan Al Quran sejak dini
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin juga berpesan bahwa penting dan manfaat membacanya, serta kesadaran untuk membaca Quran setiap hari, sehingga perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini.
“Mudah-mudahan hal tersebut bisa ditanamkan, sehingga kita juga bisa mengatur antara kesibukan sehari-hari dan membaca Al-Quran harus beriringan, Aamiin yaa rabbal ‘alamin," katanya.
Sementara Pimpinan Ponpes Assunniyah Salafiyah Pasuruan Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf saat memberikan tausiyah dalam peringatan Nuzulul Quran di Kota Probolinggo mengajak jamaah yang hadir untuk mengajari dan mengenalkan anak-anak kepada Al-Quran, agar rumah selalu diberkahi dan mendapat rahmat.
Rumah kalau tidak ada bacaan Al Quran ibaratnya mau roboh dan pasti akan khawatir terus, sehingga untuk memperkuat pondasi rumah tersebut, maka perlu tadabbur Al Quran dan anak-anak perlu diajarkan membaca kitab suci itu agar menjadi anak yang saleh dan salehah.
Bahwa puasa dan Al-Quran juga akan membawa syafaat di akhir dunia nanti karena puasa dan Al Quran akan membantu manusia kelak dan menjadi saksi di hari penimbangan.
Habib Taufiq juga menerangkan untuk mengajari dan mengenalkan anak-anak kepada Al-Quran, agar rumah selalu diberkahi dan mendapat rahmat.
Mempelajari dan mengajarkan Al Quran adalah suatu kewajiban serta tanggung jawab seorang Muslim terhadap kitab sucinya, sehingga tidak ada yang lebih mulia di hadapan Allah SWT kecuali orang-orang yang mampu melaksanakan kedua hal tersebut.
Rasulullah juga selalu menekankan agar umat yang telah mengerti Al Quran dapat mengajarkan membaca kitab suci itu kepada orang lain dan pembelajaran sebaiknya diberikan semenjak dini kepada anak-anak.
Nabi SAW bersabda, "Siapa yang mengajarkan membaca Al Quran kepada anaknya akan diampuni dosanya, dan barang siapa yang mengajarkannya dengan hafalan di luar kepala, maka Allah akan membangkitkannya kelak di hari kiamat dengan wajah seperti bulan purnama." (HR Thabrani, Anas).