Bengaluru (ANTARA) - Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, karena investor menunggu komentar Federal Reserve AS setelah data terbaru menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dan membatasi permintaan bahan bakar global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 2 sen menjadi 83,07 dolar AS per barel pada pukul 02.42 GMT setelah jatuh 1,2 persen sesi sebelumnya. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk April turun satu sen menjadi 76,35 dolar AS per barel. Kontrak WTI Maret yang berakhir Selasa (21/2/2023) turun 18 sen.
The Fed AS akan merilis risalah pertemuan terbarunya pada Rabu, yang akan memberi para pedagang gambaran sekilas tentang bagaimana pejabat tinggi memproyeksikan suku bunga setelah data terbaru menunjukkan pekerjaan AS dan harga konsumen lebih kuat dari perkiraan.
Baca juga: Harga minyak berubah di awal sesi Asia saat pasokan membaik
Namun, laporan ekonomi lain dari AS, konsumen minyak terbesar dunia, menunjukkan beberapa tanda yang meresahkan. Penjualan rumah yang ada atau existing homes di Januari jatuh ke level terendah sejak Oktober 2010, penurunan bulanan ke-12, yang merupakan rekor terpanjang sejak 1999.
"Harga minyak berada di bawah tekanan ... karena data ekonomi yang lemah menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan di negara-negara maju," kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ Bank, dalam sebuah catatan. "Kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat mengurangi permintaan minyak."
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengangkat harga dolar, membuat minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Ekspektasi pasokan global yang lebih ketat dan meningkatnya permintaan dari China baru-baru ini memberikan dukungan pada harga minyak. Para analis memperkirakan impor minyak China mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 untuk memenuhi peningkatan permintaan bahan bakar transportasi dan saat kilang baru mulai beroperasi.
Hynes dari ANZ mencatat bahwa PetroChina dan Unipec, unit perdagangan Sinopec, penyuling minyak terbesar di Asia, telah memesan 10 supertanker untuk mengimpor minyak dari AS bulan depan, setara dengan sekitar 20 juta barel minyak mentah.