Madiun - Warga Dusun Kedungbrubus, Desa Bulu, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jatim, diminta untuk melapor ke kantor desa setempat jika menemukan fosil, menyusul banyak ditemukannya fragmen atau potongan fosil hewan purba di Situs Kedungbrubus. "Hal ini sebagai salah satu upaya untuk turut menjaga keberadaan Situs Kedungbrubus yang baru diketahui baru-baru ini. Terlebih masyarakat di sini masih awam dengan hal-hal purbakala," ujar Kepala Desa Bulu, Ismilah Suciati, menanggapi penelitian yang dilakukan oleh Tim Ekskavasi dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Sragen, Jateng, Jumat. Menurut dia, sejauh ini memang belum pernah ada program atau penelitian terkait sejarah atau situs kepurbakalaan di desanya. Sehingga dari desa hingga kabupaten sebagai wakil pemerintah belum memiliki sikap tertentu untuk tindak lanjut penelitian yang telah membuahkan hasil ini. Kepala Seksi Pemanfaatan BPSMP Sangiran, Sukronedi, menyatakan, hasil penelitian ini nantinya akan dilaporkan ke pihak-pihak terkait. Di antaranya adalah Disbudpora, kecamatan, dan kantor desa. Ini agar mereka bisa ikut menjaga keberadaan situs. Meski demikian, pihaknya belum bisa memastikan apakah Situs Kedungbrubus bisa menjadi sebuah kawasan museum purbakala seperti di Trinil, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. Temuan fosilnya masih terbatas, yaitu baru fosil hewan purba saja. Sementara di Trinil sudah ditemukan lengkap, baik fosil manusia purba, hewan, tumbuhan, dan budayanya. Karena itu, tidak menutup kemungkinan akan dilakukan ekskavasi selanjutnya, di tahun 2012 atau 2013 mendatang. Hal ini terkait keterbatasan anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk penelitian semacam ini. "Tahun 2011, BPSMP Sangiran telah melakukan tiga penelitian sesuai dengan anggaran yang ada, termasuk di Situs Kedungbrubus. Kalau memang dinilai bagus, bisa saja diusulkan untuk masuk anggaran pada tahun-tahun berikutnya," terang Sukronedi. Penelitian ini, lanjutnya, akan menjadi awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Temuan fosil di Situs Kedungbrubus diharapkan dapat menjawab pertanyaan para ilmuwan di dunia tentang evolusi manusia dan budayanya. Hal ini karena literatur yang ada tentang temuan fosil hewan dan manusia purba belum dapat menjelaskan kronologis secara detail. "Melalui temuan ini diharapkan bisa menjadi pembuktian bahwa berbagai daerah yang menjadi tempat penemuan fosil manusia purba saling berkait. Yaitu mulai dari Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, hingga Mojokerto," terang Sukronedi. Sejak dilakukan survei dan ekskavasi terakhir selama 10 hari, tim BPSMP Sangiran telah menemukan 19 fragmen hewan purba. Fragmen atau potongan fosil hewan purba tersebut diduga berusia 700.000 hingga 800.000 tahun silam atau berada di lapisan Kabuh. Sejumlah fosil yang ditemukan tersebut, di antaranya paha binatang dari "genus stegedon" atau gajah purba, gigi geraham dan tulang rusuk "rhinoceros" atau badak purba, "plastron" atau tulang tempurung bawah kura-kura purba, tulang paha hewan "genus bovidae" atau kerbau purba, serta gigi yang diduga milik hewan pengerat purba waktu itu. Hasil penelitiannya menyebutkan, tipe lapisan tanah tempat ditemukannya fosil merupakan tanah berpasir, tanah bergamping, dan lempung. Lapisan seperti ini menunjukkan bahwa endapan lapisan tanah terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Diperkirakan endapan terjadi selama 700.000 hingga 800.000 tahun lalu.
Warga Kedungbrubus Diminta Lapor Jika Menemukan Fosil
Jumat, 29 Juli 2011 18:27 WIB