Warga Maroko di berbagai tempat rayakan keberhasilan timnas
Minggu, 11 Desember 2022 8:53 WIB
Jakarta (ANTARA) - Warga Maroko berkumpul di Casablanca dan sejumlah tempat lainnya pada Sabtu malam, merayakan keberhasilan tim nasional sepak bola mereka yang membuat sejarah di Piala Dunia.
Ada juga perayaan di dunia Arab dan di Eropa setelah Maroko mengalahkan Portugal 1-0 di Qatar untuk menjadi tim Afrika atau Arab pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia.
"Tim yang luar biasa, stamina yang luar biasa, pencapaian yang luar biasa," kata Ilham El Idrissi, seorang wanita Casablanca berusia 34 tahun, kepada AFP.
Dia tidak sendirian memuji tim yang berjuluk Singa Atlas yang akan menghadapi juara bertahan Prancis untuk memperebutkan satu tempat di final Piala Dunia Qatar 2022.
"Saya pikir saya sedang bermimpi. Cubit saya! Sungguh kebanggaan yang besar. Saya berterima kasih kepada mereka dari lubuk hati saya," kata Mouad Khairat, 29, seorang eksekutif di sebuah call center.
"Tim Maroko telah berhasil melakukan hal yang mustahil. Kami menginginkan piala itu sekarang."
Perayaan kolektif begitu peluit akhir pertandingan menjadi kebiasaan di seluruh negara kerajaan itu.
Maroko memuncaki klasemen babak grup, mengalahkan Kanada dan Belgia dan kemudian menyingkirkan Spanyol melalui adu penalti di babak 16 besar sebelum mengalahkan Portugal.
"Tidak ada yang mustahil dalam sepak bola, itulah keajaiban olahraga ini", kata mantan pemain internasional Maroko Abderrazak Khairi kepada AFP.
Khairi mencetak dua gol dalam kemenangan mengejutkan 3-1 atas lawan yang sama, Portugal, di Piala Dunia 1986 di Meksiko, ketika Maroko menjadi negara Afrika pertama yang mencapai babak sistem gugur.
Tidak ada negara Afrika atau Arab yang berhasil melampaui perempat final. Kamerun pada 1990, Senegal pada 2002, dan Ghana pada 2010 nyaris mencapai empat besar turnamen paling bergengsi itu.
"Tim Maroko telah berhasil melakukan hal yang mustahil. Kami menginginkan piala sekarang," kata Ali Gyme, 24.
Di Casablanca, "kuil" sepak bola Maroko, orang-orang berkaos tim nasional dan bendera merah dengan bintang hijau, terlihat di mana-mana di jendela, kios, pasar.
Lukisan dinding raksasa yang memperlihatkan penyerang Chelsea Hakim Ziyech dan pelatih Walid Reragui, yang telah disamakan sebagai pahlawan nasional.
Reragui mengambil alih tim kurang dari tiga bulan sebelum kompetisi dimulai setelah Vahid Halilhodzic dipecat.
Di luar perbatasan kerajaan, keberhasilan tim Maroko juga disambut di benua Afrika dan dunia Arab.
Setelah kemenangan atas Spanyol, penyiaran Al Jazeera menyebut tentang "gelombang euforia" di seluruh dunia Arab.
"Sorakan terdengar dari Tunis, Beirut, Bagdad, Ramallah dan kota-kota lain saat orang-orang Arab berkumpul untuk bersukacita atas kemenangan tak terduga atas Spanyol - kontras dengan perbedaan politik yang telah lama memecah belah negara-negara Arab," kata situs TV Qatar.
Pada Sabtu, di Yerusalem Timur, Ramallah, dan Gaza, warga Palestina merayakannya dengan kembang api, sorakan, dan membunyikan klakson.
Di jalan-jalan Maroko, para penggemar sepak bola mengibarkan bendera Palestina di samping bendera mereka sendiri.
Di Aljazair, meski ada ketegangan dengan negara tetangga Maroko, situs sepak bola DZfoot memuji tim Singa Atlas.
"Heroik, sensasional. Selamat, selamat," katanya.
Di Paris, para penggemar Maroko berkumpul di Champs Elysees, tempat Prancis merayakan kemenangan Piala Dunia mereka, dan meledak dengan kegembiraan saat peluit akhir berbunyi.
"Ini merupakan kebanggaan besar bagi semua negara Arab, bagi seluruh Afrika," kata Maamar, 27 tahun, yang mengibarkan bendera Maroko tetapi mengaku aslinya adalah orang Aljazair.
"Apa pun yang terjadi, kami telah berada di empat tim terbaik di dunia."
Dounia, 23 tahun, warga keturunan Perancis-Maroko, mengatakan lolos ke semifinal adalah "hebat".
"Hari ini juga hari ulang tahunku, aku tidak bisa mendapatkan hadiah yang lebih baik."
Mengibar-kibarkan bendera Maroko, Aljazair, Suriah, dan Palestina serta bernyanyi dalam bahasa Arab, para penggemar sepak bola yang gembira berbaur dengan turis yang memadati jalan ikonis ibu kota Prancis itu pada malam musim dingin.
Para fans juga berkumpul di Brussel, di mana 18 orang ditangkap dalam suatu insiden setelah Maroko mengalahkan Kanada di fase grup.
Ada juga perayaan di dunia Arab dan di Eropa setelah Maroko mengalahkan Portugal 1-0 di Qatar untuk menjadi tim Afrika atau Arab pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia.
"Tim yang luar biasa, stamina yang luar biasa, pencapaian yang luar biasa," kata Ilham El Idrissi, seorang wanita Casablanca berusia 34 tahun, kepada AFP.
Dia tidak sendirian memuji tim yang berjuluk Singa Atlas yang akan menghadapi juara bertahan Prancis untuk memperebutkan satu tempat di final Piala Dunia Qatar 2022.
"Saya pikir saya sedang bermimpi. Cubit saya! Sungguh kebanggaan yang besar. Saya berterima kasih kepada mereka dari lubuk hati saya," kata Mouad Khairat, 29, seorang eksekutif di sebuah call center.
"Tim Maroko telah berhasil melakukan hal yang mustahil. Kami menginginkan piala itu sekarang."
Perayaan kolektif begitu peluit akhir pertandingan menjadi kebiasaan di seluruh negara kerajaan itu.
Maroko memuncaki klasemen babak grup, mengalahkan Kanada dan Belgia dan kemudian menyingkirkan Spanyol melalui adu penalti di babak 16 besar sebelum mengalahkan Portugal.
"Tidak ada yang mustahil dalam sepak bola, itulah keajaiban olahraga ini", kata mantan pemain internasional Maroko Abderrazak Khairi kepada AFP.
Khairi mencetak dua gol dalam kemenangan mengejutkan 3-1 atas lawan yang sama, Portugal, di Piala Dunia 1986 di Meksiko, ketika Maroko menjadi negara Afrika pertama yang mencapai babak sistem gugur.
Tidak ada negara Afrika atau Arab yang berhasil melampaui perempat final. Kamerun pada 1990, Senegal pada 2002, dan Ghana pada 2010 nyaris mencapai empat besar turnamen paling bergengsi itu.
"Tim Maroko telah berhasil melakukan hal yang mustahil. Kami menginginkan piala sekarang," kata Ali Gyme, 24.
Di Casablanca, "kuil" sepak bola Maroko, orang-orang berkaos tim nasional dan bendera merah dengan bintang hijau, terlihat di mana-mana di jendela, kios, pasar.
Lukisan dinding raksasa yang memperlihatkan penyerang Chelsea Hakim Ziyech dan pelatih Walid Reragui, yang telah disamakan sebagai pahlawan nasional.
Reragui mengambil alih tim kurang dari tiga bulan sebelum kompetisi dimulai setelah Vahid Halilhodzic dipecat.
Di luar perbatasan kerajaan, keberhasilan tim Maroko juga disambut di benua Afrika dan dunia Arab.
Setelah kemenangan atas Spanyol, penyiaran Al Jazeera menyebut tentang "gelombang euforia" di seluruh dunia Arab.
"Sorakan terdengar dari Tunis, Beirut, Bagdad, Ramallah dan kota-kota lain saat orang-orang Arab berkumpul untuk bersukacita atas kemenangan tak terduga atas Spanyol - kontras dengan perbedaan politik yang telah lama memecah belah negara-negara Arab," kata situs TV Qatar.
Pada Sabtu, di Yerusalem Timur, Ramallah, dan Gaza, warga Palestina merayakannya dengan kembang api, sorakan, dan membunyikan klakson.
Di jalan-jalan Maroko, para penggemar sepak bola mengibarkan bendera Palestina di samping bendera mereka sendiri.
Di Aljazair, meski ada ketegangan dengan negara tetangga Maroko, situs sepak bola DZfoot memuji tim Singa Atlas.
"Heroik, sensasional. Selamat, selamat," katanya.
Di Paris, para penggemar Maroko berkumpul di Champs Elysees, tempat Prancis merayakan kemenangan Piala Dunia mereka, dan meledak dengan kegembiraan saat peluit akhir berbunyi.
"Ini merupakan kebanggaan besar bagi semua negara Arab, bagi seluruh Afrika," kata Maamar, 27 tahun, yang mengibarkan bendera Maroko tetapi mengaku aslinya adalah orang Aljazair.
"Apa pun yang terjadi, kami telah berada di empat tim terbaik di dunia."
Dounia, 23 tahun, warga keturunan Perancis-Maroko, mengatakan lolos ke semifinal adalah "hebat".
"Hari ini juga hari ulang tahunku, aku tidak bisa mendapatkan hadiah yang lebih baik."
Mengibar-kibarkan bendera Maroko, Aljazair, Suriah, dan Palestina serta bernyanyi dalam bahasa Arab, para penggemar sepak bola yang gembira berbaur dengan turis yang memadati jalan ikonis ibu kota Prancis itu pada malam musim dingin.
Para fans juga berkumpul di Brussel, di mana 18 orang ditangkap dalam suatu insiden setelah Maroko mengalahkan Kanada di fase grup.