Ngawi (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama pengelola Museum Trinil Ngawi bekerja sama dengan Museum Naturalis Biodiversity Center Belanda melakukan ekskavasi dan penelitian di sedimen Sungai Bengawan Solo Desa Dumplengan, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jatim.
Arkeolog dari Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN Niluh Gede Diahmega Hapsari mengatakan ekskavasi yang dilakukannya tersebut merupakan bagian dari penelitian kehidupan manusia purba "Pithecanthropus Erectus" yang telah dilakukan timnya sejak tahun 2016.
"Penggalian ini dilakukan untuk mencari dan meneliti keberadaan alat batu yang dilakukan oleh peradaban manusia purba," ujarnya di Ngawi, Senin.
Dia menjelaskan timnya telah melakukan ekskavasi sejak tiga pekan terakhir, di mana pada tahun 2019 tim gabungan tersebut melakukan penelitian di aliran Bengawan Solo sekitar Museum Trinil dan berhasil menemukan alat batu.
"Penggalian kembali baru bisa dilakukan pada tahun 2022 karena pandemi. Penggalian kali ini dilakukan di tempat berbeda yang diyakini masih ada beberapa benda purba," katanya.
Adapun alasan kembali dilakukan penelitian dan penggalian fosil tersebut karena diduga masih banyak peninggalan fosil alat batu yang digunakan oleh manusia purbakala itu.
"Tanda-tanda alat batu sudah mulai terlihat di lapisan tanah yang mulai terbuka di sini. Adapun temuan alat batu pada tahun 2019 lalu merupakan bukti adanya interaksi manusia purba dengan lingkungan kala itu sehingga menghasilkan peralatan tersebut," kata dia.
Petugas Museum Trinil Ngawi Anton Supartono mengatakan sejauh ini sudah banyak ditemukan fosil dari kegiatan ekskavasi tersebut, mulai dari fosil gigi primata, tulang kerbau, kerang, dan sebagainya.
"Sudah banyak fosil yang ditemukan dari hasil ekskavasi ini. Namun untuk temuan alat batu lagi belum ada. Terkait perkiraan usia fosil, masih belum diketahui dan menunggu penelitian lebih lanjut," katanya.
Selanjutnya, fosil-fosil itu dikumpulkan dan disimpan di Museum Trinil Ngawi untuk diidentifikasi dan diteliti lebih lanjut oleh tim gabungan arkeolog dua negara tersebut.
Penggalian struktur lapisan tanah purba untuk menemukan fosil di lokasi tersebut masih berlangsung hingga 21 Oktober mendatang, sedangkan penelitian tentang peradaban manusia purba tersebut direncanakan berlangsung selama beberapa tahun. (*)