Ngawi (ANTARA) - Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menemukan fosil kerang dan terumbu karang saat melakukan ekskavasi dan penelitian di sedimen Bengawan Solo di dekat Museum Trinil, Desa Soko, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Arkeolog dari Puslit Arkenas Shinatria Adhityatama, Senin, mengatakan ekskavasi yang dilakukannya tersebut merupakan bagian dari penelitian kehidupan manusia purba pithecanthropus erectus yang telah dilakukan timnya sejak September 2018. Adapun, penelitian tersebut dilakukan atas kerja sama Puslit Arkenas dengan Leiden University dan Museum Naturalis Biodiversity Center Belanda.
"Sampai saat ini kami belum menemukan indikasi sisa-sisa dari tulang manusia. Tapi, nanti akan diseleksi lagi dan dianalisis lagi tulang-tulang yang didapatkan dari ekskavasi ini. Terbaru kami menemukan fosil cangkang kerang dan terumbu karang," ujarnya kepada wartawan di Ngawi.
Baca juga: Warga Ngawi Temukan Fosil Gading Gajah Purba
Shinatria menjelaskan, di lokasi tersebut para arkeolog banyak menemukan fosil cangkang kerang tridacna gigas, ostrea, coral favites dan coral meandrina. Fosil kerang dan terumbu karang purba tersebut, ditemukan di sejumlah titik di lokasi setempat.
Peneliti dari Leiden University dan Museum Naturalis Biodiversity Center Belanda, Josephine Joordens, mengatakan temuan fosil kerang dan terumbu karang tersebut memberi petunjuk baru tentang kapan perkiraan terbentuknya daratan di Ngawi dan bahkan Jawa.
"Kira-kira 2 sampai 2,5 juta tahun yang lalu, di sini laut. Jawa belum ada, belum ada tanah, hanya laut," kata Josephine.
Kemudian, diperkirakan sedikit demi sedikit, tanah lapisan dari gunung, yakni lapisan vulkanik, membentuk daratan.
Baca juga: BPSMP Sangiran Teliti Temuan Fosil di Ngawi
Selain fosil kerang dan terumbu karang, juga ditemukan fosil ikan laut dan sebagian fosil terumbu karang yang kondisinya bekas diukir oleh tangan manusia. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pernah ada kehidupan manusia purba di lokasi tersebut.
Selanjutnya, fosil-fosil itu dikumpulkan dan disimpan di Museum Trinil Ngawi untuk untuk diidentifikasi dan diteliti lebih lanjut oleh tim gabungan arkeolog dua negara tersebut.
Penelitian struktur lapisan tanah purba di lokasi tersebut hingga kini masih berlangsung. Penelitian tersebut direncanakan berlangsung selama lima tahun.*