Malang (ANTARA) - Guru besar Bidang Ilmu Bioteknologi Produk Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya Prof. Dr. Asep Awaludin Prihanto mengemukakan konsumsi berbagai jenis ikan yang memenuhi standar mampu menurunkan risiko penyakit jantung.
"Kondisi ini jika ikan yang dikonsumsi sesuai standar nutrisi (gizi),modern dan higienis," kata Asep kepada media menjelang pengukuhannya sebagai profesor aktif ke-15 FPIK dan profesor aktif ke-171 UB di Gedung Samantha Krida kampus setempat, Jumat.
Selain itu, lanjutnya, dengan mengonsumsi ikan juga bisa mencegah (preventif) terhadap risiko penyakit lainnya serta mampu menghidrolis peredaran darah.
Hanya saja, katanya, produk-produk perikanan secara komprehensif hingga saat ini masih belum menunjukkan perbaikan atau inovasi-inovasi yang lebih bagus dari sebelumnya. Contohnya, produk ikan pindang atau terasi, dari masa ke masa tidak ada perubahan, termasuk fermentasinya.
"Produk perikanan yang diproduksi secara tradisional tingkat pencemarannya cukup tinggi, kualitasnya tidak stabil sehingga rasanya kadang enak kadang tidak enak, bahkan nilainya tidak berubah," katanya.
Dengan kondisi itu, katanya, menandakan inovasi bidang perikanan perlu sentuhan untuk mengangkat performa dan kualitasnya agar manfaat yang didapat para pelaku usaha perikanan bisa lebih besar.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperbaiki agar produksi perikanan lebih meningkat, yakni perbaikan proses dengan memanfaatkan mikroorganisme yang ada dalam produk tersebut, sekaligus mempercepat proses pembentukan dari mikroorganisme ke enzim.
Selain itu, perbaikan mutu dan efisiensi. Contohnya, kalau dulu orang makan produk perikanan sakit perut, ke depan dengan produk fermentasi dan memanfaatkan microorganisme harus lebih enak, lebih nyaman, karena memanfaatkan bakteri asam yang juga dimanfaatkan untuk yogurt.
"Selain itu juga perbaikan kandungan gizi. Perbaikan dan pengurutan genom sequencing juga perlu dilakukan. Ke depan kami ingin produk atau model ini bisa dikembangkan lebih baik dan diimplementasikan untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM)," ujarnya.