Surabaya (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan upaya untuk meningkatkan daya saing produk dari komoditas ikan tuna agar mampu merealisasikan target investasi tahun 2024 sebesar Rp9 triliun.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo dalam keterangannya di Surabaya, Selasa, menyatakan ada beberapa langkah yang ditempuh dalam meningkatkan daya saing produk ikan tuna dalam negeri, seperti menjamin mutu keamanan, pengembangan dan promosi, dan memperkuat hubungan antar negara melalui perundingan bilateral.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen memberikan kemudahan perizinan, insentif, keamanan dan kestabilan iklim politik, konektivitas, dan sumber daya manusia terampil sebagai tenaga kerja," kata Budi.
Selain itu, Budi menyebut upaya yang telah dilaksanakan juga dibarengi menyelenggarakan "Indonesia Tuna Investment and Business Forum" (ITIBF) 2024, di Surabaya.
Melalui acara tersebut, KKP berupaya menarik dan berkolaborasi bersama para investor dan pemangku kebijakan di subsektor perikanan tuna.
"Yang kami tarik baik dari dalam dan luar negeri secara berkelanjutan," ucapnya.
Sementara, KKP mencatat bahwa potensi perikanan Indonesia di laut mencapai 12,01 juta ton per tahun yang terdiri dari beberapa komoditas penting. Kemudian untuk jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebanyak 8,6 juta ton per tahun
Potensi tersebut belum termasuk tuna masuk kategori unggulan komoditas Indonesia dengan total ekspor mencapai 203 ribu ton atau senilai 0,93 miliar dolar AS di tahun 2023.
Budi menyatakan terdapat beberapa wilayah yang menjadi tujuan ekspor utama tuna, yakni Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah dan Uni Eropa.
Ekspor komoditas tuna, cakalang, dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk fillet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen,
Selanjutnya untuk produk tuna dalam kemasan kedap udara mencapai 28,7 persen dan dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
"Artinya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata mencapai 6,1 persen per tahun," ujarnya.
Selain itu, Budi menyebut realisasi investasi tuna pada tahun 2022 mencapai Rp95,51 miliar jumlah itu meningkatkan 116,76 persen dari tahun 2021 yang sebesar Rp44,06 miliar.
Sedangkan untuk realisasi investasi tuna pada Triwulan I dan IV Tahun 2023 mencapai Rp37,56 miliar, terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp25,22 miliar dan penanaman modal asing (PMA) Rp12,33 miliar.
Dia menyebut di periode itu komoditas tuna memberikan kontribusi sebesar 0,69 persen terhadap total investasi sektor kelautan dan perikanan.
Realisasi PMA tahun 2023 terbesar berasal dari Jepang yakni sebesar Rp11,74 miliar atau 38 persen, Korea Selatan Rp8,66 miliar atau 28 persen, dan Hong Kong Rp6,02 miliar 20 persen.
"Artinya apa, permintaan tuna dari Indonesia ke luar negeri terus mengalami peningkatan," kata dia.