Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, dalam rangkaian Hari Jadi ke-1143 menggelar tradisi Manusuk Sima yang merupakan visualisasi sejarah simbol berdirinya kota itu.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Taman Tirtoyoso, Kota Kediri, Rabu, mengatakan Manusuk Sima digelar setiap tanggal 27 Juli untuk memperingati Hari Jadi Kota Kediri. Kegiatan ini juga sudah dimulai dari zaman kerajaan dahulu.
"Informasi berdirinya Kota Kediri ini berasal dari Prasasti Kwak, yaitu pada Senin Legi 27 Juli tahun 879. Dusun Kuwak ditetapkan sebagai tanah sima atau daerah perdikan. Sejak masa lampau, tanah Kuwak Kediri ini sangat subur karena dialiri Patirtan Tirtoyoso," ujarnya.
Seiring kesuburan dan letaknya yang strategis, Kediri menjadi salah satu pusat peradaban dan perputaran ekonomi sejak masa lalu, katanya.
Wali Kota mengatakan bahwa Kota Kediri ini diberkahi, yang ditunjukkan dengan perekonomian masih berjalan dengan baik.
Bila pada zaman dahulu di Kediri merupakan daerah pertanian, pusat bertemunya orang, sekarang ini Kota Kediri menjadi pusat pendidikan, pusat perekonomian yang ada di daerah Karesidenan, ujarnya.
"Maka, sudah menjadi kewajiban untuk 'menguri-uri' (melestarikan) budaya Manusuk Sima ini sebagai wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang diberikan untuk Kota Kediri," kata Wali Kota.
Ia juga menambahkan bahwa Hari Jadi Kota Kediri yang ke-1143 ini mengambil tema "Bangkit Bareng". Tema tersebut diambil dengan harapan bisa membawa Kota Kediri bangkit dari pandemi COVID-19 ini.
Saat pandemi COVID-19, perekonomian Kota Kediri menurun, sehingga saat ini perlu untuk menggerakkan perekonomian kembali yang cukup besar. Untuk itu, semua pihak harus bersama-sama dalam melakukan hal tersebut.
Sementara itu, prosesi tradisi Manusuk Sima ini diawali dengan mengarak prasasti Kwak. Lalu dilanjutkan dengan persembahan Tarian Budoyo Manusuk Sima karya dari Sanggar Budaya Nusantara, yang merupakan tari penyambutan para tamu undangan.
Setelah tarian penyambutan tamu selesai, Prasasti Kwak ini diserahkan kepada Wali Kota Kediri. Selanjutnya, prasasti dibawa kembali setelah upacara selesai.
Hadir pula dalam upacara tradisi ini Forkopimda Kota Kediri, Ketua PKK Kota Kediri, Kepala OPD di lingkungan Pemkot Kediri, Camat se-Kota Kediri, dan lurah se-Kota Kediri.