penanggulangan dan pencegahan aksi terorisme di lingkungan kampus.
"Aksi terorisme sering menjual narasi-narasi berkedok agama. Padahal, pada kenyataannya terorisme dan agama sama sekali tidak berkaitan," kata Kepala BNPT Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, dalam rilis UMM yang diterima di Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Menurut Boy, sapaan akrab Boy Rafli, teroris biasanya menggunakan agama agar politik yang mereka jalankan berhasil. Biasanya para teroris memasukkan ideologi-ideologi yang tidak baik ini melalui beberapa kajian yang rutin diadakan.
“Untuk menanggulanginya, kami bekerja sama dengan para ulama di Indonesia untuk mengatasi kesimpangsiuran nilai agama yang mereka bawa. Salah satu ulama yang selalu kami minta pendapat adalah almarhum Buya Syafii Maarif,” ucapnya.
Selain penyalahgunaan narasi agama, kata Boy, beberapa karakteristik yang biasanya dibawa oleh para teroris tersebut, di antaranya antikemanusiaan, penggunaan kekerasan ekstrem dan transnasional ideologi serta isu-isu intoleran, radikal, eksklusif, antikonstitusi negara dan ideologi Pancasila.
Para teroris, lanjutnya, juga memiliki beberapa pola propaganda yang biasanya mereka pakai. Pertama, sikap anti-Pancasila yang menggiring pada ketidakteguhan akan dasar negara. Kedua, ajaran paham takfiri yang mengkafirkan orang beda agama maupun ideologi, ketiga, ada sikap eksklusif terhadap lingkungan atau perubahan, serta ajaran intoleransi terhadap keragaman dan pluralitas.
Boy mengatakan menurut survei Urvey Alvara Research tahun 2020, sedikitnya 30 juta penduduk Indonesia berpotensi terpapar radikalisme. Oleh karena itu, selain meningkatkan peranan tokoh agama perlu juga adanya sinergi antara semua elemen yang ada di masyarakat.
“Penguatan nilai kebangsaan juga selalu kami upayakan, salah satunya dengan acara-acara yang diselenggarakan di sederet kampus. Kami yakin, narasi kerja sama yang kami bangun dengan UMM ini akan membuahkan hasil yang positif,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan mengatakan dalam menjalankan perguruan tinggi, UMM selalu melibatkan berbagai golongan, masyarakat dan lintas agama. Kerja sama ini dibangun dalam rangka memupuk kesadaran mahasiswa maupun sivitas akademika bahwa Indonesia bisa maju dengan gotong royong yang baik antargolongan.
“Untuk menghindari masuknya ideologi yang negatif, kami juga telah mengupayakan beragam hal, salah satunya adalah pendampingan terhadap kegiatan-kegiatan agama yang ada. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat untuk mendampingi mahasiswa dan melaporkan jika ada hal-hal atau aktivitas yang mencurigakan,” kata Fauzan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UMM-BNPT kerja sama cegah terorisme di lingkungan kampus
(*)