Surabaya (ANTARA) - Kompetisi sepak bola Liga 1 musim 2021/2022 telah mengakhiri seluruh rangkaian pertandingan pada Kamis (31/3). Kompetisi liga musim ini digelar tanpa penonton dengan sistem home turnament di beberapa kota, karena situasi yang masih pandemi.
Banyak kejutan dan kejadian kontroversi sepanjang kompetisi berlangsung. Namun, secara umum kompetisi Liga 1 berlangsung cukup lancar dan berakhir sesuai jadwal sebelum Ramadhan.
Bali United mencetak sejarah baru setelah sukses mempertahankan gelar juara. Tim yang ditangani Stefano "Teco" Cugurra itu menjadi tim pertama yang berhasil menjuarai liga dua musim beruntun. Sementara bagi Teco, prestasi ini menggenapi tiga gelar yang direbutnya, satu gelar sebelumnya diperoleh pelatih asal Brazil itu saat menangani Persija Jakarta.
Laskar Tridatu yang sempat tertatih pada putaran pertama, bangkit pada putaran kedua untuk menyalip Persib Bandung (2), Bhayangkara FC (3), Arema FC (4), dan Persebaya Surabaya (5).
Keberhasilan Bali United menjuarai liga musim ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan jika melihat materi pemain yang dimiliki. Meskipun sempat tertinggal dari Arema FC yang menguasai puncak klasemen selama beberapa pekan, Bali United menunjukkan kelasnya sebagai jawara.
Sebaliknya, Arema yang mencatat rekor 23 laga tanpa pernah kalah, justru seperti kehabisan "stamina" di pertengahan putaran kedua. Hasil buruk dialami Singo Edan secara beruntun hingga akhirnya peluangnya merebut gelar pun terbuang.
Persib Bandung dan Persebaya Surabaya yang berusaha menyaingi Bali United dalam perburuan gelar juga tidak mampu mengejar. Apalagi Persija Jakarta, musim ini tampil kurang konsisten dan mengakhiri kompetisi di papan tengah.
Nasib kurang mujur justru dialami Persipura Jayapura. Pemilik empat gelar juara liga ini dipastikan terdegradasi ke Liga 2 musim depan setelah menduduki peringkat 16 klasemen akhir. Dua tim lainnya yang juga terdegradasi adalah Persela Lamongan (17) dan Persiraja Banda Aceh (18).
Posisi ketiga tim itu akan digantikan Persis Solo selaku juara Liga 2, RANS Cilegon FC (runner up), dan Martapura Dewa United (peringkat ketiga).
Kembali ke Persipura, terdegradasinya tim berjuluk Mutiara Hitam membuat kompetisi Liga 1 musim depan tidak lagi memiliki wakil dari Tanah Papua. Persipura menjadi satu-satunya tim asal Bumi Cendrawasih yang prestasinya cukup konsisten, ketika tim Papua lainnya tak mampu bersaing. Sebut saja Persiwa Wamena, Persiram Raja Ampat, dan Persidafon Dafonsoro.
Perjalanan Persipura musim ini memang diwarnai rintangan, terutama persiapan tim yang kurang maksimal karena terkendala dana. Belum lagi soal kondisi internal pemain hingga terdepaknya sang legenda klub Boaz Salossa. Jelang akhir kompetisi, Persipura juga terkena sanksi denda dan pengurangan poin dari Komdis PSSI yang membuat posisinya semakin terjepit.
Tidak hanya Papua, Pulau Sumatera juga tidak lagi punya wakil di Liga 1 setelah Persiraja yang baru saja promosi, langsung kembali turun kasta ke Liga 2. Sementara Sriwijaya FC dan PSMS Medan belum mampu naik kelas lagi dan masih harus berjuang di Liga 2 musim depan.
Kegagalan Persiraja bertahan di kompetisi kasta tertinggi juga tidak terlalu mengejutkan. Tim asal Tanah Rencong ini menjadi "bulan-bulanan" lawannya dan menyelesaikan kompetisi dengan hanya mengantongi dua kemenangan dan tujuh kali seri, selebihnya 25 kali kalah.
Bahkan, dalam beberapa pertandingan putaran pertama, Persiraja pernah menyertakan hanya 14 pemain di "line up". Artinya hanya ada tiga pemain cadangan, termasuk kiper. Kondisi yang disebut sejumlah jurnalis olahraga melalui akun medsos sebagai "tim tidak punya niat berkompetisi". Jadi, tidak salah kalau Persiraja hanya "numpang lewat" di Liga 1 musim 2021/2022.
Dari kisah perjalanan kompetisi di tengah situasi pandemi, satu hal yang paling banyak mendapat sorotan dari pelatih, pemain, suporter, dan warganet adalah wasit dan asistennya. Sejumlah kejadian kontroversial dilakukan sang pengadil di lapangan dan kejadian itu disaksikan jutaan pasangan mata melalui stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan secara langsung.
Tidak hanya pelatih dan ofisial tim serta suporter yang geram dengan ulah wasit dan asistennya, tapi Ketua Umum PSSI M. Iriawan kabarnya juga "marah" dengan banyaknya keputusan-keputusan "aneh" di lapangan. Melalui Komisi Wasit, PSSI pun memarkir beberapa wasit dan asisten wasit yang dianggap ceroboh, hingga menjelang akhir kompetisi menambah dua asisten wasit bertugas khusus di sisi gawang. Alasannya untuk meminimalkan kesalahan wasit dalam mengambil keputusan. Sementara untuk menyediakan fasilitas Video Assistant Referee (VAR) masih terkendala dana.
Itu baru kontroversi wasit di kasta tertinggi Liga 1, jangan tanya bagaimana dengan sang pengadil yang bertugas di kompetisi Liga 2 dan Liga 3. Anda penggemar bola tentu sudah tahu jawabannya. Jadi, masih bertumpuk-tumpuk pekerjaan rumah PSSI untuk membenahi sepak bola di Tanah Air dan PR-nya juga masih seputar itu-itu saja. (*)
PR itu belum juga tuntas
Kamis, 31 Maret 2022 23:53 WIB