Surabaya (ANTARA) - Penyidik Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya telah meminta keterangan kepada seluruh korban dugaan penipuan investasi alat kesehatan.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya Komisaris Polisi Mucahamad Fakih mengungkapkan pemeriksaan tahap awal yang berlangsung hingga hari Selasa, 15 Maret kemarin, memang fokus memintai keterangan terhadap para korban pelapor.
"Penyidik belum menetapkan tersangka karena masih tahap pemeriksaan saksi-saksi pelapor," katanya saat dikonfirmasi di Surabaya.
Perkara ini dilaporkan ke Polrestabes Surabaya oleh lima orang korban pada sekitar dua pekan yang lalu, dengan kerugian mencapai Rp1,7 miliar.
Kuasa Hukum para korban Ridwan Obet Pandjaitan membenarkan seluruh korban telah dimintai keterangan oleh penyidik Polrestabes Surabaya.
"Pekan lalu tiga orang korban pelapor telah memberi keterangan kepada penyidik Polrestabes Surabaya. Hari ini kami mendampingi dua orang korban lainnya yang dipanggil penyidik," katanya saat ditemui di halaman Gedung Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, kemarin.
Menurutnya jumlah kerugian bisa jadi lebih besar lagi karena korban lainnya masih banyak.
Terlapor perkara ini berinisial HGN dan GVH. Pasangan suami-istri warga Kota Surabaya itu dituding memanfaatkan situasi pandemi virus corona (COVID-19). Yaitu sejak pertengahan 2021, meyakinkan para korban agar rutin secara berkala berinvestasi alat kesehatan, seperti alat pelindung diri, tabung oksigen dan lain sebagainya, dengan menjanjikan keuntungan 10 persen per dua minggu.
"Untuk meyakinkan para korbannya, HGN dan GVH menunjukkan surat perintah kerja (SPK) dari sejumlah rumah sakit di Jawa Timur terkait permintaan berbagai jenis alat kesehatan," ujar Obet.
Lima orang korban akhirnya melapor ke Polrestabes Surabaya setelah mengecek SPK dari sejumlah rumah sakit di Jawa Timur, sebagaimana pernah ditunjukkan terlapor HGN dan GVH ternyata palsu, dan keuntungannya tidak sesuai seperti yang dijanjikan.
Penyidik tuntaskan pemeriksaan korban penipuan investasi alat kesehatan
Rabu, 16 Maret 2022 4:57 WIB
Kerugian bisa jadi lebih besar lagi karena korban lainnya masih banyak