Gresik (ANTARA) - Bank Indonesia Provinsi Jatim mendorong pengelola sentra tanaman hias di Kabupaten Gresik untuk menjajaki pasar ekspor karena tingginya permintaan tanaman hias secara global sejak 2017.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Budi Hanoto dalam siaran persnya di Surabaya, Selasa, mengatakan Bank Indonesia menaruh perhatian pada upaya peningkatan ekspor produk asli Indonesia.
Karena, hal itu merupakan bagian dari tugas Bank Indonesia yakni menjaga stabilisasi nilai rupiah melalui program strategis bauran kebijakan moneter dan fiskal khususnya dalam memperkuat net ekspor barang.
Sementara itu, berdasarkan data World Integrated Trade Solution (WITS) permintaan tanaman hias global sangat tinggi sejak 2017.
"Bahkan, berdasarkan analisis Reveal Symmetric Comparative Advantage (RSCA), ekspor tanaman hias Jawa Timur masuk dalam kategori unggul-surplus. Hanya saja masih terbatas," katanya.
Oleh karena itu, Budi yang sebelumnya menghadiri undangan Asosiasi Tanaman Hias Kabupaten Gresik mengakui, bahwa potensi tanaman hias Gresik untuk diekspor sangat besar melihat permintaan dunia dan terbatasnya ekspor tanaman hias asal Jatim.
Selain potensi ekspor, kata Budi, sentra tanaman hias yang tersebar di 6 desa di Kabupaten Gresik juga dapat menjadi pendorong ekonomi melalui konsep desa wisata.
"Pengembangan desa wisata Gresik berbasis tanaman hias dapat merujuk pada pengembangan Desa Wisata Edelweiss di Desa Wonokitri Kawasan Bromo Tengger Semeru yang mengintegrasikan natural dan cultural tourism," kata Budi.
Gresik, kata Budi, dapat mencontoh Kampung Flory Sleman yang sukses membangun Community Based Tourism (CBT).
Sementara itu, Sentra Wisata Tanaman Hias di Gresik telah dibuka pada tahun 2021, dan telah mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar dan mendukung percepatan pemulihan ekonomi Kabupaten Gresik.